Sudah dua tahun ini, kegiatan Undhuh-Undhuh di GKJW Ngoro nampak berbeda, mulai dari rentetan acara persembahan yang tidak diarak namun kali ini dikemas lebih sederhana.
Menurut pendeta Yuedi Kumarianto, mengatakan bahwa Undhuh-undhuh merupakan rasa ungkapan syukur kepada Tuhan, karena Tuhan sebagai sumber hidup dan keselamatan.
“Undhuh-Undhuh artinya memanen, didalamnya terdapat nilai-nilai lokal. Kesadaran kolektif untuk bersyukur kepada Tuhan dengan membawa hasil panen atau pertanian,” ungkapnya.
Sementara menurut Ketua Pelaksana, Suprijantono menuturkan kegiatan Undhuh-Undhuh dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dilakukan digereja induk Ngoro. Sesi kedua dilakukan di Gereja Pepanthan Mundusewu, Bareng.
“Cukup berbeda dengan sebelumnya untuk persembahan yang biasanya kami lelang kali ini tidak kami lelang karena masih dalam situasi pandemi covid-19,” ujarnya.
Dengan sukacita yang luar warga gereja membawa hasil panennya yang diserahkan, untuk diberikan kepada Tuhan, dan untuk kemuliaan nama Tuhan.
“Di sisi lain warga yang lain itu mengambil barang itu menggantinya dengan nilai yang luar biasa, tidak seperti harga umum. Tetapi harga yang yang dua kali lipat bahkan tiga kali lipat,” pungkasnya.