PLOSO, KabarJombang.com – Hobi seni ukir yang ditekuni Santriman (60) warga Desa Ploso, Kecamatan Ploso, Jombang, sejak muda ternyata tidak sia-sia. Pasalnya, hasil karyanya kini tembus manca Negara.
Menurut Santriman, sejak tahun 1985 silam dia sudah mengukir dari berbagai bahan dari kayu. Ketik itu hanya berfikir untuk terus berkarya, masih belum ada niatan sebagai pekerjaan.
“Sejak muda saya sudah mulai melukis dan mengukir, karena itu sudah menjadi hobi. Waktu itu saya masih belum memikirkan dijadikan usaha. Hanya berfikir positif saja untuk terus berkarya,” ujar Santriman saat ditemui di rumahnya, Selasa (1/6/2021).
Lebih lanjut Santriman mengisahkan, setelah sejumlah karyanya banyak dan dipampang di rumahnya. Ketika itulah banyak warga yang berkunjung merasa tertarik dan menilai hasil karyanya unik. Saat itulah dia memulai usahanya dengan memasarkan karya-karyanya dari mulut ke mulut.
“Waktu itu saya masih tekun mengukir patung dan sejumlah alat rumah tangga berbahan kayu. Seperti kaki meja yang diukir bercorak kepala hewan, patung, kaligrafi, hingga mengukir dan melukis foto wajah orang di kayu itu,” jelasnya.
Sekarang, Santriman sudah banyak hasil ukir yang sudah dipasarkan. Di antaranya ukiran sovenir pernikahan, patung orang ataupun hewan, papan tulisan, ukir dan lukis wajah, kotak cincin, dan lain sebagainya. “Tentunya sesuai permintaan pemesan,”katanya.
Sementara dengan perkembangan teknologi di zaman yang serba moderen ini. Pemasarannya sudah mulai dengan mempublikasikan di berbagai media sosial, seperti Instagram (IG) dan Facebook (FB). Maka tak heran jika karyanya sampai tembus ke luar Jawa hingga manca negara.
“Alhamdulillah dengan memaksimalkan adanya perkembangan teknologi ini, karya saya bisa dipasarkan dengan update status di IG dan FB. Sehingga sering ada pesanan dari luar Jawa seperti Jakarta, Bandung, bahkan dari luar negeri seperti China,” tuturnya.
Dikatakan, untuk harga jualnya tergantung dari motif pemesan. Mulai dari jenis kayunya, ukuran, hingga mudah dan sulitnya. Sementara untuk sovenir atau yang biasa dijadikan tempat mahar pernikahan sekitar Rp 500 ribuan.
Untuk harganya dilihat dari kemauan pemesan. Seperti meja fungsional atau yang biasa dimotiv dengan berbagai corak itu sekitar Rp 5 jutaan.
“Sementara untuk yang sering menjadi sasaran pesanan dimasa pandemi ini seperti souvenir dan tempat mahar pernikahan. Kalau itu sekitar Rp 500 ribuan. Sedangkan yang lain kami menyesuaikan,” ungkapnya kepada KabarJombang.com.
Diketahui, dalam menjalankan usahanya tersebut, Santriman didampingi Cokro Retantoko (29) anaknya. Diharapkan, putranya yang disapa akrab Cokro tersebut menjadi penerus usahanya.
“Patut disyukuri, anak saya bisa meneruskan dan mengembangkan usaha bapaknya sebagai tukang ukir ataupun pelukis. Meskipun masa pandemi belum berakhir, masih diberikan kemudahan dengan lumayan banyak pesanan untuk acara pernikahan,” ujar Santriman.
“Semoga kedepannya kami bisa lebih kreatif untuk menciptakan karya-karya yang baru dan menarik,”pungkasnya penuh harap. (MG1).