Dari Iseng, Sulap Bambu Jadi Karya Seni Kaligrafi

Mustamil saat memotong bambu yang akan dijadikannya seni kaligrafi bernilai ekonomi tinggi
  • Whatsapp

DIWEK, (kabarjombang.com) – Berawal dari ketidaksengajaan, Mustamil (42), warga Desa Grogol Kecamatan Diwek, Jombang berhasil menyulap bambu menjadi karya seni kaligrafi bernilai ekonomi tinggi.

Karena unik dan berestitka, hasil karyanya banyak dibeli orang dan cepat berkembang. Kini pangsa pasarnya tak hanya di Jombang atau wilayah Jawa Timur saja, melainkan beberapa daerah di luar Jatim. Bahkan, mampu menembus pasar manca negara diantaranya Eropa dan Asia.

Baca Juga

Ditemui di rumahnya, Mustamil berkisah tentang kerajinan kaligrafi berbahan baku bambu ini. Sekitar delapan tahun lalu, dia iseng-iseng membuatkan mainan untuk anaknya yang masih balita. Dia membuat semacam mobil-mobilan dan boneka dari pelepah daun pepaya dan potongan bambu.

Usai mengerjakan mainan anak itu, mendadak kreativitasnya muncul, yakni membuat kaligrafi dari bahan bambu. Dia semakin bersemangat ketika melihat banyaknya potensi alam ini melimpah di sekitar rumahnya. Tak menunggu waktu, dia mulai membuat kaligrafi berbahan baku bambu dan pelepah pohon pepaya itu.

Tak disangka, karyanya itu mampu menarik minat beberapa warga setempat untuk membeli. Beberapa bulan kemudian, dari “kethok tular” (info dari mulut ke mulut), beberapa warga di luar desa juga mulai berdatangan membeli hasil karyanya.

Melihat perkembangan yang positif itu, Mustamil mulai serius menekuni bisnis ini. Dia mulai mengikuti pameran-pameran UKM yang digelar di Jombang maupun kota-kota lain di Jawa Timur. Beberapa tahun terakhir ini dia juga memasarkan produk handmade-nya ini secara online. Dari pemasaran secara online ini pula, hasil kerajinan unik ini kian dikenal, bahkan hingga manca negara.

“Sudah banyak warga Eropa dan Asia yang memesan karya kaligrafi dari bambu buatan kami,” kata Mustamil.

Kaligrafi ala Mustamil ini memang tergolong menarik. Selain bahan baku dari bambu yang mudah didapat, cara mengiris bambu kemudian dibentuk menjadi huruf-huruf Hijaiyah juga khas. Yakni dengan kemiringan pemotongan 60 hingga 90 derajat. Dari situ, kaligrafi yang dibuatnya diberi predikat kaligrafi bambu runcing.

“Ya, karena sudut kemiringan bahannya menyerupai potongan bambu runcing, alat perjuangan bangsa Indonesia mengusir penjajah,” kata Mustamil.

Mustamil mengaku, bahan bambu yang digunakan bukanlah sembarang bambu, agar selain mudah dibentuk, juga bagus dan tahan lama. “Saya pakai bambu hijau dan bambu apus. Kedua jenis bambu ini memiliki kekhasan warna, kuat, tebal dan awet,” kata Mustamil.

Selain jenis bambu pilihan, Mustamil juga memilih bambu pada bagian batang. “Saya selalu menggunakan batang bambu bagian bawah. Ini untuk mendapatkan bahan yang kuat dan tebal,” tambah Mustamil.

Selama delapan tahun berkarya, sudah ribuan kaligrafi berbagai ukuran dibuatnya. Harganya bervariasi. Yang termurah berkisar Rp 150.000 dan termahal seharga Rp 10 juta. “Semua tergantung ukuran dan tingkat kesulitan pembuatan hurufnya,” kilah Mustamil.

Untuk memasarkan karyanya, Mustamil masih mengandalkan dengan cara “kethok tular”, online dan pameran. Pasalnya, seni kaligrafi bambu runcing ini tak bisa diproduksi secara massal. (whd/rief)

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait