JOMBANG, KabarJombang.com – Koalisi Partai Non Parlemen (KNP) Kabupaten Jombang, Jumat (13/7/2024) malam menggelar Ngobrol Bareng (Ngobar) tentang Siapa Bupati dan Wakil Bupati Jombang 2025 – 2029.
Dengan tema ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan, hukum, pertanian, peternakan, UMKM, Tenaga Kerja, Pungli, Investasi, dan Start Up, bertempat di Unipdu Jombang, Kompleks Pondok pesantren Darul Ulum.
KNP adalah koalisi partai non parlemen yang terdiri dari PBB, Perindro, Hanura, Gelora, PSI, Partai Umat, Partai Buruh, PKN, dan Partai Garuda.
Dalam diskusi tersebut KNP turut mengundang tiga narasumber, yang namanya masuk dalam bursa Pilkada Jombang 2025. Ada KH. Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans), Sumrambah, dan Sugiat. Mereka bertiga secara bergantian memaparkan gagasanya terkait perkembangan Jombang kedepan.
Sugiat dalam sambutanya yang masih berstatus sebagai PJ Bupati Jombang sangat mengapresiasi acara ini. Menurutya ngobrol bareng terkait bagaimana Jombang kedepan merupakan bagian dari edukasi masyarakat terkait pendidikan politik dan pendidikan demokrasi.
“Acara seperti ini sangat dibutuhkan masyarakat terlebih menjelang Pilkada. Jangan sampai warga seperti membeli kucing dalam karung,” ujarnya saat memberikan sambutan.
Menurutnya acara ini bisa dilanjutkan di tempat lain dengan durasi du minggu sekali. Karena mengingat perkembangan politik di Jombang akhir-akhir ini yang tidak bisa dipungkiri dan sudah banyak yang mengetahui kalau politik di Jombang diwarnai dengan pragmatisme dan sebagainya. Padahal menurut Sugiat hal tersebut seharusnya tidak terjadi dan harus dikedepankan terkait dengan idealisme.
“Jombang merupakan sebuah wilayah yang potensinya luar biasa, baik dari sumber daya manusia maupun sumber daya alam juga cukup potensial. Jombang juga memiliki wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk mencapai 1.370.510, terdiri dari 21 kecamatan dan juga 306 desa dan kelurahan,” terangnya.
Dibalik potensi yang luar biasa tersebut pastinya juga terdapat tantangan dan masalah yang tidak mudah karena dinamika, dan sebagainya. Oleh karena itu Sugiat yang asli wong Kalongan, Japanan, Gudo, Jombang ini menyebut Jombang membutuhkan pemimpin yang visioner. Yang pandanganya jauh kedepan tidak hanya memikirkan hari ini atau esok.
Selanjutnya Sumrambah yang didaulat sebagai narasumber saat panel diskusi berlangsung, menyampaikan gagasanya soal pertanian. Menurutnya Jombang ini sebenarnya sangat luar biasa, karena memiliki sejarah yang panjang.
Kemudian ia mengatakan, dengan sejarah yang panjang dan luar biasa tersebut, lalu mau dibuat seperti apa Jombang kedepan. Sumrambah menyampaikan kalau di Jombang masih punya sekitar 49.000 hektar lahan sawah baku.
“Kita sudah tertakar Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD) di 39.000 hektar, mengapa ini harus kita petakan secepatnya, karena terjadi penggerusan yang namanya lahan pertanian sawah kita. Apakah ini mencukupi untuk kebutuhan pangan kita, sangat cukup kalau hanya untuk kabupaten Jombang,” terangnya
“Hitungan saya ketika kita berbicara di angka 49.000 hektar kemudian apabila per hektarnya menghasilkan 7 ton. Itu akan bisa menghasilkan sekitar hampir 390.000 ton gabah kering sawah. Kalau dua kali masa panen kita dapat 600.000 ton lebih, kalau misal indeks tanam kita bisa mencapai tiga kali ya berarti memcapai 900.000 ton, kalau dikonversikan dalam beras sekitar 400.000 ton,” paparnya.
“Kalau dikonversikan dalam kebutuhan pangan kita kebutuhanya adalah 155 kilogram di kali 1,3 jt jumlah penduduk Jombang dikisaran sekitar 150.000 ton berarti masih surplus sekian banyak,” tandas Wakil Bupati Jombang 2018 – 2023 tersebut.
Berikutnya, KH. Zahrul Azhar Asumta atau biasa dipanggil Gus Hans, memberikan gagasan mengenai masih tingginya tingkat pengguna narkoba di Jombang. Menanggapi hal tersebut menurut Gus Hans, pentingnya sentuhan dari orang-orang muda untuk pembuatan regulasi dalam pemerintahan.
“Karena mereka yang tahu ruhnya anak-anak muda, jadi kalau misalnya regulasi ini dibuat oleh orang-orang yang tidak memahami tentang bagaimana budaya mereka. Ya akhirnya tidak nyambung antara pengguna dari regulasi sama pembuat regulasi,” tuturnya.
“Ini yang saya pikirkan dan saya selama ini berusaha membuat frame bahwa Jombang ini bukan hanya sekedar bebas narkoba, tapi menjadi kota yang toleran yang bisa menjadi semacam sentral of the truly of Asian tolerance. Saya ingin menciptakan bahwa Jombang adalah betul-betul contoh dan juga game planya bagaimana kita bertoleransi itu ada di Jombang,” ungkap Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama Unipdu tersebut.
Maka pada bulan Oktober tahun 2017 yang lalu Gus Hans membuat program yang bernama ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC). Yaitu seluruh negara Asean plus 13 negara sedunia mondok di Daru Ulum selama tiga hari dari berbagai agama dan usianya sekitar hampir dibawah 25 tahun. Untuk belajar dan memahami bagaimana kehidupan toleransi yang ada di Jombang.
“Saya hanya munculkan kegiatan yang sudah kita buat dan ini ujung-ujungnya adalah adanya taman Asean di Ringin Contong. Jadi bagaimana sejarah berdirinya taman Asean di Ringin Contong pada saat kami membuat kegiatan tersebut,” pungkasnya.