JOMBANG, KabarJombang.com-Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat para santri Sekolah Kaligrafi (Sakal) di Pondok Pesantren Mambaul Maarif (PPMM), Desa Denanyar, Kecamatan Jombang, untuk terus belajar dan berkarya.
Kepala Sakal, Atho’illah mengatakan, dalam proses belajar-mengajar nyaris tidak terusik pandemi Covid-19. Tidak ada masalah, karena sebelum ada pandemi pun, Sakal sudah menerapkan sistem daring (dalam jaringan) alias online.
“Tidak ada masalah, karena Sakal sejak awal berdiri sudah terbiasa online. Santri-santri bisa tetap melakukan kegiatan belajar kaligrafi,” kata Atho’ilah kepada KabarJombang.com, di kediamannya, Desa Denanyar, Jombang, Kamis (30/7/2020).
Proses belajar online tersebut, sambung Atho’ilah, nantinya menjadi tugas bagi Sakal mengoreksi dan mengevaluasi,”
Justru yang jadi masalah, menurut Atho’ilah, rencana-rencana di luar belajar-mengajar yang sudah terjadwal, jadi terpending semua, karena santri harus di rumah.
Lebih-lebih banyak santri siswa Sakal yang harus pulang kampung akibat pandemi.
“Seperti rencana Sakal untuk pameran April lalu di Jakarta. Pameran kerjasama dengan Yusuf Mansur (dai kondang), terpaksa ditunda karena merebaknya pandemi Covid-19. Semua acara ditunda dan akan dilaksanakan September nanti (jika covid-19 sudah mereda dan hilang),” paparnya.
Sakal sendiri memiliki tiga kelompok belajar. Terdiri dari, pertama, kelompok reguler, yang ditempuh tiga tahun (setiap hari masuk).
Kemudian kedua, kelas pasca-aliyah dengan program 1 tahun (setiap hari masuk).
Dan ketiga, untuk kelas online dibuka 3 kali dalam satu pekan. Total dari santri saat ini 50 santri, yang rata-rata berasal dari luar daerah Jombang, bahkan hingga luar negeri.
“Kita membuka kelas dari segala kalangan dan umum. Jadi semua bisa belajar di Sakal,” tutur Atho’illah
Menurutnya karya seni kaligrafi arab ini harus terus dikembangkan dan ditumbuhkan di kalangan masyarakat, apalagi saat ini serba online dan dapat dijangkau, meski santri berada di rumah karena pandemi.
Ditambahkan, untuk meningkatkan kualitas kaligrafi, Sakal hanya mengandalkan niat dan semangat dari para santri saja.
“Saya tidak mau repot. Karena hasil seni kaligrafi akan berkualitas jika ada niat dalam diri pribadi para santri, saya tidak mau banyak menuntut mereka,” tegasnya.
Sakal sendiri, yang berdiri pada 2001, sudah meraih banyak prestasi. Baik di kancah internasional maupun di tanah air.
Kejuaraan-kejuaraan dari setiap even di tingkat internasional selalu dikuti. Bahkan Sakal diundang oleh para penyelenggara.
Ini membuktikan Sakal sudah memiliki nama di luar negeri dan diakui segala prestasinya. Selain itu Sakal benar-benar mengutamakan kualitas dibandingkan kuantitas para santri.
Setiap ajaran baru Sakal hanya menerima santri dengan kuota tidak lebih dari 50 orang. “Percuma banyak-banyak santri, tetapi hasilnya tidak bagus. Lebih baik sedikit saja, akan lebih mudah untuk mendidiknya,” ujarnya.(CW-1)