DIWEK, KabarJombang.com- Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Syafiiyah atau yang dikenal dengan Pondok Seblak Jombang. Hingga kini masih pertahankan jilbab rubu’nya.
Lahirnya model jilbab rubu’ tersebut merupakan salah satu karya inovatif dari Nyai Khoiriyah Hasyim dan para santri putri Pondok Seblak ini. Pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Jombang sekitar tahun 1964.
Nyai Khoiriyah Hasyim, adalah putri pertama dari Kiai Hasyim Asy’ari dan Nyai Nafiqoh. Kemudian dinikahkan dengan KH Ma’shum Ali yang merupakan pendiri dari Pondok Seblak.
“Yang spesial dari pondok sini adalah jilbabnya namanya rubu’. Jadi, jilbab rubu’ itu seperempat dari kain yang merupakan jilbab inovasinya Mbah Khoiriyah dari dulu hingga saat ini masih kami pertahankan dan tidak berubah,” kata Nyai Mahsunah kepada KabarJombang.com, Selasa (27/4/2021).
Jilbab tersebut wajib dikenakan saat para santri putri keluar dari pondok. Dan di pondok tersebut dulunya juga dikenal sebagai salah satu pondok modern. Hal ini karena para santriwatinya yang tampil dengan celana panjang, baju berlengan panjang, dan jilbab rubu’.
“Disini juga merupakan pondok modern, artinya, dulu pondok-pondok yang belum atau tidak memperbolehkan santri putrinya memakai celana. Disini boleh, Mbah Khoiriyah memperbolehkan itu, daripada rokan pakai celana saja gitu,” ungkapnya.
Diceritakan Nyai Mahsunah, sejak wafatnya KH Ma’shum Ali pada tanggal 27 Ramadan 1351 H (1933 M), Mbah Khoiriyah pada tahun 1938 pergi ke Mekkah hingga mendirikan sekolah perempuan di sana.
“Dan di sana beliau sampai mendirikan sekolah perempuan. Kemudian sekitar tahun 1953 beliau oleh Bung Karno disuruh pulang untuk membina perempuan-perempuan Indonesia. Karena itu beliau mendirikan pondok putri, jadi di sini dulu dikenal sebagai pondok putri,” tutur menantu dari Nyai Kamilah Ma’shum ini.
Pondok Seblak yang berdiri sekitar tahun 1921 ini juga mengajarkan kitab kuning yang dimaknai dengan menggunakan bahasa Indonesia. Karena basis dari Pondok Seblak tersebut dulunya banyak santri dari luar Jawa.
Sehingga, untuk mempermudah mereka memahami maka kitab yang digunakan, dimaknai menggunakan Bahasa Indonesia hingga saat ini.
“Pertama saya jadi menantu sini, oleh Mbah Khoiriyah saya disuruh membaca hadis dengan dimaknai bahasa Jawa untuk dibuat ngaji orang-orang kampung. Tapi, kalau memaknai kitab yang biasanya di pondok-pondok lain itu pakai bahasa Jawa, disini kita sepakat bersama para santri pakai bahasa Indonesia,” tandasnya.
Pondok Salafiyah Syafiiyah Seblak ini berlokasi di Dusun Seblak, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Hingga saat ini total jumlah santri putra dan putri di Pondok Seblak sebanyak 300 santri. Namun, santri yang paling banyak yaitu santri putri. Untuk santri putra hanya berjumlah sekitar 50 santri.