PETERONGAN, KabarJombang.com – Perasaan ibu mana yang tak pilu, saat terpaksa menjalani karantina dengan meninggalkan kelima anaknya di rumah. Sementara empat di antaranya masih kecil dan balita. Sedangkan sang bapak, telah tiada sekitar 7 bulan lalu.
Ya, ini seperti dialami Zul Fadli Mursidah (37) warga Dusun Kandangan, Desa Kepuhkembeng, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ia terpaksa menjalani isolasi di GOR Tenis Indoor, meski hasil rapid test-nya dinyatakan non-reaktif.
Perasaannya lebih pedih, saat kelima anaknya tidak mendapat bantuan pangan dari manapun, bahkan dari Pemdes setempat sekalipun. Tidak adanya kucuran bantuan secuilpun itu, diungkap Listy Nur Khafifah (32), adik kandung Zul Fadli Mursidah, atau bibi kelima anaknya.
Sementara Zul Fadli Mursidah menceritakan muasal hingga akhirnya dia harus diisolasi. Berawal dari Siti Zumaroh (62), ibu Zul Mursidah yang pada Rabu 27 Mei 2020 lalu meninggal dunia di RSUD Jombang, lantaran sakit jantung dan diabetes.
Sebelum dirawat di RSUD Jombang, Siti Zumaroh dirawat selama 3 hari di RS Erlangga, Jombang. Lantaran kondisinya terus menurun, Siti Zumaroh kemudian dirujuk ke RSUD. “Sudah di-rapid test, dan hasilnya non-reaktif,” kata Mursidah ke KabarJombang.com melalui aplikasi WhatsApp, Senin (13/7/2020).
Esok harinya, atau Kamis 28 Mei 2020 sekitar pukul 08.00 WIB, dia bersama kelima anaknya dan bapaknya yakni H Faruchan serta Listy, adiknya, diantar Kepala Dusun setempat berangkat ke Puskesmas untuk menjalani rapid test. “Kalau hasil rapid test ini, kami tidak ada yang tahu,” katanya.
Anjuran karantina mandiri, dia lakukan bersama bapaknya H Faruchan. Namun, pada Senin 15 Juni 2020, ba’da Magrib, dia mendapat telepon dan diminta ke balai desa untuk menjalani karantina.
“Karena diberitahu hasil rapid test saya reaktif, lalu saya diantar sama Kepala Dusun dan sopir,” sambung Mursidah.
Dikatakannya, saat diisolasi di gedung Tenis Indoor Jombang, ia menjalani tes Swab. Hasil swab pertama, dinyatakan positif. Setelah itu, Mursidah mengatakan kembali dites swab untuk kedua.
“Untuk hasil swab kedua belum keluar. Padahal sudah dari tanggal 1 Juli dan 2 Juli kemarin. Kata petugas medis hasil Swab masih antre di Surabaya. Katanya, di Jombang sudah ada alatnya,” tuturnya.
Selama menjalani isolasi, ia mengaku khawatir dengan kondisi kelima anaknya yang ditinggal di rumah sendirian. Ia mengatakan, jika anak sulungnya, duduk di kelas 12 (kelas 3 SMA). Sedangkan paling kecil, berusia 2 tahun.
Ia mengaku saban hari menangis, bila teringat dengan kondisi anak-anaknya. Selain kangen, ia mengatakan tidak memberi bekal apapun untuk kebutuhan sehari-hari, saat meninggalkannya menjalani isolasi.
“Ya Allah rasanya gak karuan, karena saya meninggalkan 5 anak saya. Dan yang kecil masih berusia 2 tahun. Suami saya sudah meninggal sekitar 7 bulan lalu. Setiap hari saya nangis sampai seminggu karena kangen sama anak-anak. Apalagi, dikabari adik saya, nggak ada bantuan sama sekali dari Pemdes,” pungkasnya.