DIWEK, KabarJombang.com – Sebuah permakaman di Desa Keras, Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang, nyeleneh. Tidak membujur ke utara-selatan lazimnya kuburan di Jombang, enam kuburan di areal yang dikenal dengan nama Sentono Agung itu membujur barat-timur.
Barang kali karena tak lazim itu, banyak orang kemudian menyangka itu adalah kuburan orang beragama Buddha.
Bukan. Itu adalah punden, kuburan leluhur masyarakat Desa Keras yang dipercaya sebagai orang-orang pertama yang membabat alas cikal bakal desa di barat Pondok Pesantren Tebuireng tersebut.
Begitulah apa yang dibilang Agus, juru kunci Sentono Agung, kepada tim Jombang Bukan Misteri dari KabarJombang.com saat berziarah ke permakaman itu pada Kamis (10/9/2020) malam.
“Orang banyak mengira ini kuburan orang Buddha kan karena mujurnya ke barat-timur. Padahal beliau-beliau ini adalah orang Islam yang pada saat itu sudah masuk kerajaan Mataram. Beliau-beliau ini dipercaya sebagai leluhur Desa Keras, bisa dibilang yang membabat alas Keras,” tutur Agus.
Sepengetahuan Agus, keenam kuburan itu memang sengaja dibuat membujur barat-timur, tidak utara-selatan sebagaimana lazimnya. Itu atas pesan mereka sendiri sebelum meninggal. Tujuannya adalah menyamarkan status kewalian mereka.
“Saya jelaskan lagi bahwa leluhur ini beragama islam namun dengan arah makam seperti ini adalah sudah menjadi pesan saat sebelum meninggal. Dan makam di sini juga bisa dikatakan wali, namun kewaliannya tidak mau diperlihatkan,” papar Agus.
Agus mengatakan, dari keenam makam yang ada itu hanya ada dua makam yang diperbolehkan untuk disebutkan nama dan kisahnya.
“Ini saya sudah dipesan, bahwa dari enam ini hanya dua yang diperbolehkan untuk dipublikasikan. Itu, dua makam yang berada di tengah. Beliau yang paling tua di antara semuanya. Yakni, Sayyid Rahmat dan Sayyid Abdulloh,” ungkapnya.
Lebih jauh Agus menceritakan, seiring dengan berjalannya waktu banyak orang kemudian mengeramatkan Sentono Agung. Itu menurutnya wajar, karena selain permakaman itu tak lazim, juga dipercaya memiliki aura magis tersendiri.
“Namun, sayangnya, tak sedikit juga orang yang menjadikan area makam ini untuk tujuan tidak baik. Tapi biasanya kalau niatnya tidak baik, peziarah biasanya tidak akan betah,” katanya.
Menurut Agus di permakaman itu sering terjadi kejadian yang ganjil. Namun dia enggan merinci. Dia hanya menandaskan, semuanya kembali pada niat peziarah ketika berkunjung ke area pemakaman sentono Agung.
“Balik lagi ke niat yang akan diterapkan saat mengunjungi area sini. Sering juga dengar cerita aneh, tapi yang disini, yakni leluhur ini, memang tidak suka dengan yang mempunyai niat tak baik di sekitar makam ini,” tutup Agus.