Tilik Desa

Mengenal Dusun Patuk Ngoro Jombang, Sentra Kerajinan Bambu Besek 

Warga membuat kerajinan anyaman bambu di Dusun Putuk L, Desa Desa Kertorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. KABARJOMBANG.COM/Daniel Eko/
Warga membuat kerajinan anyaman bambu di Dusun Putuk L, Desa Desa Kertorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. KABARJOMBANG.COM/Daniel Eko/
  • Whatsapp

NGORO, KabarJombang.com –Aneka kerajinan anyaman bambu peralatan dapur mulai besek hingga kukusan, berjajar rapi di rumah-rumah warga Kabupaten Jombang.

Ya, mungkin tak banyak tahu, di Kabupaten Jombang ada desa yang sebagian besar warganya menekuni kerajinan anyaman bambu dan sudah dilakukan secara turun-temurun.

Baca Juga

Ketrampilan menganyam bambu mungkin satu-satunya ada di Dusun Patuk, Desa Kertorejo, Kecamatan Ngoro. Ketika memasuki daerah ini terlihat di halaman rumah, warga menjemur bambu apus yang sudah potong tipis.

Ibu rumah tangga sejak pagi beraktivitas menganyam bambu, menjadi berbagai jenis kerajinan peralatan dapur.

Kerajinan ini sejak dahulu hingga sekarang menjadi warisan leluhur yang tetap di lestarikan oleh warga.

“Kerajinan ini diturunkan dari orang tua kita, kemudian anak-anaknya ingin belajar dan akhirnya bisa. Diperkirakan kerajinan ini sejak tahun 1965 masa nenek-kakek saya,” tutur Miftakul Khoiri (46), kasi pemerintahan Desa Kutorejo, kepada KabarJombang.com, Sabtu (27/2/2021).

Kerajinan anyaman bambu di Dusun Putuk L, Desa Desa Kertorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. KABARJOMBANG.COM/Daniel Eko/
Kerajinan anyaman bambu di Dusun Putuk, Desa Kertorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. KABARJOMBANG.COM/Daniel Eko/

Hampir setiap rumah, warga menjadi perajin anyaman bambu, baik itu sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan, sebab masih banyak masyarakat Dusun Patuk yang berprofesi sebagai petani.

“Hanya saja saat ini untuk pemasaran produk banyak dikeluhkan masyarakat. Berharap kerajinan ini dapat difasilitasi oleh Pemerintah Desa maupun Kabupaten,” terangnya.

Kasmialik, perajin anyaman bambu menuturkan, satu-satunya alasan komitmen mengembangkan potensi anyaman bambu di desanya tidak lain karena ketrampilan ini sudah ada sejak turun temurun.

Perempuan berusia 51 tahun ini khawatir, jika ini tidak ditangani serius, maka warisan ini akan hilang begitu saja. Selain itu, dirinya menilai kalau penghasilan menganyam akan mampu menambah penghasilan keluarga.

“Kalau pesanan sedikit, saya tangani sendiri. Kalau pesanan banyak bahkan hampir seribu saya memiliki rekan kurang lebih enam orang. Harga besek sangat bervariatif mulai Rp 2.500, untuk ukuruan juga sesuai kebutuhan pembeli,” katanya.

Dalam proses menganyam bambu dibutuhkan keahlian khusus dan ketelatenan. Sebelum di anyam, bambu harus diiris tipis dan dijemur dibawah terik matahari, langsung selama dua jam kemudian dibalik bagian sisinya untuk dijemur juga dengan waktu yang sama.

Tujuannya itu, untuk menghasilan besek yang berkualitas dan tahan lama. Selain besek banyak masyarakat Patuk yang membuat tampah, kukusan, wakul dan lain sebagainya.

Paling laris dipasaran adalah besek, karena serbaguna baik untuk tempat nasi atau cathering maupun tempat bingkisan lainnya. Biasanya juga banyak orang membeli ketika hari-hari tertentu misalnya ketika hari raya qurban, sebagai tempat daging.

Kerajinan anyaman bambu di Dusun Putuk L, Desa Desa Kertorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. KABARJOMBANG.COM/Daniel Eko/Kerajinan anyaman bambu di Dusun Putuk, Desa Kertorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. KABARJOMBANG.COM/Daniel Eko/

Tembus Pasar Luar Negeri 

Baru-baru ini perayaan imlek diperingati oleh etnis Tionghoa. Besek buatan Bu Tulik, sapaan akrabnya, dibanjiri order untuk hampers (kotak hadiah) Imlek, tak tanggung-tanggung pesananya itu dikirim ke luar negeri, tembus Malaysia dan Taiwan.

“Ini yang pesan melalui orang keturuan Cina di Jombang kota, saudaranya yang diluar negeri meminta dibuatkan besek untuk perayaan Imlek, memilih besek mungkin karena ramah lingkungan kali ya,” ungkapnya pada kabarjombang.com, Sabtu (26/2/2021).

Besek pesanan itu berbeda dari sebelumnya karena ini digunakan untuk wadah kue dan beberapa hadiah imlek lainnya dengan ukuran 25 x 25 cm. Walaupun akan dikirim ke luar negeri, harga yang dibandrol cukup murah hanya Rp 7 ribu.

“Kalau pengiriman langsung ke luar negeri saya tidak mau, karena kena ongkos volume dan lain sebagainya. Sehingga langsung diambil saudaranya yang di Jombang ini. Karena saya ndak berani kirim sendiri,” tambahnya.

Pada momen Imlek tahun 2021, ibu paruh baya ini mendapatkan pesanan sejumlah 300 kotak anyam bambu, dengan rincian 120 didistribusi ke Malaysia, 110 ke Taiwan dan 70 ke Jakarta.

“pemesanan kurang lebih satu minggu, kami menerima segala request dari pembeli. Harapannya kedepannya kami ingin produk lokal ramah lingkungan seperti banyak diminati dipasaran,” pungkasnya.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait