KESAMBEN, KabarJombang.com- Desa Kedungbetik adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang. Desa yang mempunyai luas wilayah sekitar 463.126 hektar itu, terletak sekitar 6 kilometer ke arah barat, dari Kecamatan Kesamben.
Batas-batas wilayah Desa Kedungbetik, yakni di sebelah utara ada Desa Jatiduwur, Kecamatan Kesamben. Sebelah selatan ada Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan. Kemudian di sebelah Timur ada Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben dan sebelah barat ada Desa Pojokkulon, Kecamatan Kesamben.
Menurut website resmi Desa Kedungbetik, sejarah terbentuknya Desa Kedungbetik, bermula dari kedatangan seseorang yang bernama Mbah Karsi beserta beberapa kerabatnya yaitu Mbah Gemblok dan Mbah Giman sekitar tahun 1786 hingga tahun 1819.
“Kedatangan mereka ke desa ini dengan menebang pohon-pohon besar serta semak belukar (babat alas) dengan tujuan untuk ditempati. Sebelum mereka bertempat tinggal disebelah utara desa ini tepatnya disebuah areal yang dikenal dengan legal Gunung Worong,” tulisnya.
Dan seiring perkembangan zaman desa tersebut ramai, sehingga memerlukan seseorang pemimipin desa. Dimana saat itu yang ditunjuk sebagai Kepala Desa pertama adalah Mbah Trunomejo yang membawahi 7 kelompok masyarakat yang ada disekitar desa hingga menjadi beberapa dusun.
“Tentang pemberian nama Kedungbetik ini berdasarkan cerita, bahwa dahulu di desa ini terdapat sungai yang membujur ke arah timur dan didalam sungai itu ada kubangan besar dan orang-orang menyebutnya kedung,” paparnya.
Kemudian, disekitar kedung tersebut terdapat banyak hidup ikan betik. Sehingga untuk lebih dikenal desa disekitar sungai tersebut disebut sebagai Desa Kedungbetik.
Sedangkan menurut versi Pemerhati Sejarah Jombang, Dian Sukarno, nama Desa Kedungbetik berawal dari pengejaran Kebokicak dengan Surontanu yang terus berlanjut. Karena kemanapun Surontanu dan banteng tracak kencana bersembunyi selalu diketahui Kebokicak.
“Pengejaran Kebokicak dengan Surontanu dan banteng miliknya (banteng tracak kencana) karena mendapat amanat dari sang guru Ki Ageng Sapayana alias Ki Ageng Sumoyono untuk menangkap banteng tracak kencana,” kata Dian yang ditulis dalam bukunya Antologi Legenda Jombang SisikMelik 01.
Konon banteng tersebut merupakan sumber pageblug yang melanda wilayah Majapahit bagian barat. Hingga pada akhirnya Surontanu tak kehilangan akal untuk mencari celah kelemahan agar kesaktian Kebokicak berkurang, yaitu dengan bersembunyi di lingkungan yang penuh air.
“Dengan bersembunyi di lingkungan berair itu Surontanu dan banteng tracak kencana beristirahat sejenak. Hingga menemukan sebuah kedung atau telaga yang jernih, kemudian mereka minum untuk melepas rasa hausnya dari pengejaran Kebokicak yang jauh itu,” ungkapnya.
Namun, tidak lama kemudian mereka mendengar teriakan Kebokicak dan melarikan diri dari pengejaran Kebokicak. Saat Kebokicak tiba di kedung tempat peristirahatan Surontanu dan bantengnya, Kebokicak pun meminum air yang ada di kedung tersebut sepuasnya.
“Dan saat setelah minum itulah Kebokicak melihat banyak ikan betik berenang dalam kedung. Sehingga, dari situlah tempat tersebut diberi nama Kedungbetik oleh Kebokicak,” katanya.