JOMBANG, KabarJombang.com – Sosok MSA (39), tersangka dugaan pencabulan terhadap santriwatinya, tidak bisa terpisah dari nama besar pondok pesantren Majmaal Bahrain Hubbul Waton Minal Iman Shiddiqiyyah, Losari, Ploso, Jombang. Siapa sebenarnya MSA ?
MSA merupakan putra pertama Kiai Muchammad Muchtar Mu’thi atau biasa dipanggil Kiai Tar, mursyid Tarekat Shiddiqiyyah. Dia merupakan pengurus pondok pesantren yang dikenal sebagai sosok yang concern terhadap bidang pendidikan dan ekonomi serta kebangsaan ini.
Saat ini MSA tercatat sebagai Ketua Organisasi Pemuda Shiddiqiyyah atau (Opshid). Sebagaimana dikatakan Humas Ponpes Majmaal Bahrain Hubbul Waton Minal Iman, Muchammad Soleh pada Senin (20/1/2020), “beliau adalah putra dari Bapak Kiai Muchtar Mu’thi dari Ibu Sofatul Ummah, yang pertama.”
Dari pesantren yang didirikan ayahanya lahir Majalah Al Kautsar, perusahaan Air Minum Maaqo, Tarbiyyah Hifdhul Ghulam Banat (sekolah berjenjang dari kelas 1 hingga 12), Rumah Makan Yusro, Hotel Yusro yang kini pengelolaannya di bawah bendera Horrison Hotel dan sejumlah bidang usaha ekonomi mandiri lainnya.
Selain itu, pesantren ini juga dikenal sukses dibidang organisasi sosial, Organisasi Shiddiqiyyah, Organisasi yang fokusnya mengurusi anak Yatim & Dhuafa yaitu Dhilal Berkat Rohmat Alloh, serta organisasi pemuda shiddiqiyyah (opshid), yang memiliki semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Selain aktif di internal Ponpesnya, MSA juga dikenal sebagai sosok yang memiliki kreatifitas tinggi. Film Wage yang tenar itu tidak lepas dari tangan dingin sosok yang digadang menjadi pengganti sang ayahanda.
Melalui Opshid Media, MSA memprakarsai sekaligus berperan sebagai eksekutif produser film yang mengangkat kisah Wage Supratman, laki-laki kelahiran Somongari, Purworejo, 19 Maret 1903 dalam perjuangan kemerdekaan melalui lagu dan biolanya hingga tercipta lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Tidak hanya moncer di bidang perfilman, MSA dikenal dekat dengan sejumlah musisi kondang tanah air. Salah satunya Band BIP (Bongky Indra Pay). Sejumlah aktivitas kebersamaan mereka terunggah dalam akun media sosial MSA.
Dalam dunia bisnis, MSA juga berhasil mengembangkan usaha rokok kesehatan, Sehat Tentrem. Bisnis rokok itu mampu menyeruak disela-sela cengkeraman korporasi raksasa yang telah mapan.
MSA sukses menggerakkan ekonomi mandiri mulai dari tata produksi dengan budidaya tanaman bahan baku yang bekerjasama dengan petani langsung. Pada level tata niaga, gudang dan pabrik pengolahan, MSA mampu membangun akses pasar dan juga modal.
Kemandirian ekonomi jamaah yang selama ini dikembangkan oleh Shiddiqiyyah, semakin moncer ditangan MSA.
Melejitnya nama MSA itu ditengarai menjadi pemicu ‘perang dagang’. Dan, penetapan MSA sebagai tersangka kasus dugaan pencabulan menguatkan dugaan kriminalisasi terhadap putra sang kiai itu.
Benarkah kasus yang melilit MSA berlatar persaingan bisnis? Perjalanan waktu yang akan membuktikan. Tapi setidaknya, tengara itu terungkap dalam edaran yang diterima redaksi yang hingga berita ini diunggah belum berhasil terverifikasi.
Edaran berjudul “Dari Ploso Kita Melawan: Mengungkap Kerja Korporasi Dalam Kriminalisasi Gus Bekhi” menggambarkan banyak hal terkait mulai mencuatnya kasus, pelaporan ke polisi dan tudingan adanya perang dagang. Di edaran itu juga tertera nomor telepon, namun saat dihubungi redaksi, tidak diangkat.