DIWEK, KabarJombang.com – Kendati sempat sepi pembeli karena pandemi Covid-19. Kini, batik tulis Colet di Dusun Pelem, Desa Jatipelem, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, mulai berangsur normal.
Aktivitas membatik terlihat kembali di samping rumah Sutrisno dan Yani. Pasangan suami istri ini menekuni batik sejak puluhan tahun. Dan. berhasil mengembangkan usaha batik sejak tahun 2012.
Awal mulanya pasangan ini menekuni kerajinan batik dari hobby. Tak disangka saat ini usahanya memiliki 12 karyawan. Dalam satu bulan ini Yani (53) usaha batiknya kembali bergeliat.
“Alhamdulillah saat ini memasuki masa ajaran baru, banyak guru SD dan SMP yang pesan,” ujarnya.
Selain instasi pendidikan, kantor dari perusahan. Banyak pula instasi Pemerintahan Kabupaten Jombang yang memesan Batik Colet.
Batik Colet merupakan batik khas Jombang yang warnanya selalu beragam. Sehingga batik yang dihasilkan terkesan ramai.
Tak hanya itu batik colet khas Jatipelem ini memiliki motif daun jati dan daun pelem (mangga). Adapula beberapa motif yang sudah mendapatkan hak cipta antara lain batik tamping pakerti, jati glondong, dan sekarwono. Tak heran batik ini banyak di gemari.
Omset penjualan batik Colet sekitar Rp 35 hingga Rp 40 juta perbulannya. Berbagai macam batik yang ia produksi. Di antaranya batik printing, batik cap, batik kombinasi cap dan tulis, serta batik tulis.
Harga batik sangat bervariatif, batik printing dibandrol seharga Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu satu potong, batik cap Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu, batik kombinasi Rp 250 ribu.
Sedangkan batik tulis dibandrol harga Rp 350 ribu sampai Rp 2 juataan.
“Kebanyakan untuk yang membeli batik colet ini sendiri adalah warga Jombang,” ujarnya.
Untuk peralatan dan bahan batik yang digunakan berasal dari Solo. Pasangan suami istri Sutrisno dan Yani ini berharap usahanya ini dapat berkembang lebih maju lagi. Tidak hanya dan semakin dikenal seluruh masyarakat Jombang maupun luar Jombang.