KABARJOMBANG.COM – Sungguh miris saat kita mendatangi salah satu dusun terpencil, yakni Dusun Banyuasin, Desa Kromong, Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang. Di dusun ini, hampir 500 warganya kekurangan air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Ini terjadi, akibat minimnya sumber air yang berada di dusun terpencil di tengah hutan tersebut. Sebab, meski sudah memiliki satu sumber air, namun tetap tidak bisa mencukupi kebutuhan sebanyak 107 Kepala Keluarga (KK) yang menghuni Dusun Banyuasin.
Dalam sehari, mereka hanya mendapatkan 2 kali penyaluran air yang diambilkan dari sumber yang sudah tersalurkan melalui pipa yang sudah dibuat tahun lalu. Pada jadwal awal, air disalurkan pada pagi hari, untuk penyaluran air kedua disalurkan pada sore hari.
“Untuk pendistribusian air hanya dua kali pagi dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 07.00 WIB. Untuk pengairan sore, dimulai pukul 15.00 hingga 16.00 WIB,” kata Suladi (45), Kepala Dusun setempat, Rabu (26/7/2017).
Dari pendistribusian air yang sudah didapatkan warga, nyatanya belum bisa mencukupi kebutuhan warga sekitar. Pasalnya, dalam sehari satu kepala keluarga (KK) hanya mendapatkan jatah 12 liter. Ini karena, jumlah air yang disedot dua mesin pompa hanya menghasilkan 6 kubik per hari. Itupun harus dibagi kepada ratusan kepala keluarga.
Untuk mencukupi kebutuhan air, warga terpaksa harus menempuh jarak sepanjang 1 kilometer untuk bisa mendapatkan sumber air yang dibutuhkan. Sumber itupun, berada di wilayah Kabupaten Lamongan. Meski harus susah payah dengan tetesan keringat untuk mendapatkannya, warga tidak memiliki pilihan lain jika ingin mendapatkan kebutuhan air.
“Setiap hari, saya harus mengambil 2 drum air untuk mencukupi kebutuhan rumah. Letaknya memang jauh. Namun ini harus tetap kami lakukan untuk mendapatkan air,” terang Makruf (27), salah satu warga ditemui di lokasi.
Mirisnya, krisis air yang dirasakan warga sudah berjalan hampir puluhan tahun. Karena letak geografis desa yang berada di hutan non produktif, sehingga sumber air sangat susah untuk didapatkan warga. Kondisi itu akan bertambah parah, jika masuk dalam musim kemarau. Sebab, cuaca yang panas dan seakan membakar tubuh, menyebabkan sumber air semakin sulit untuk didapat.
“Sudah bertahun-tahun kondisi ini terjadi. Satu tahun sebelumnya, tidak terlalu sulit, sebab curah hujan masih tinggi. Namun, jika masuk musim kemarau, warga kesulitan mendapatkan air. Apalagi sumber air yang kita miliki saat ini sudah tidak bisa mencukupi kebutuhan kami,” jelas Suladi.
Dengan kondisi ini, pihaknya meminta agar pemerintah memberikan perhatian lebih di desa yang berada di perbatasan Kabupaten Lamongan. Yakni, dengan memberikan dana untuk melakukan perbaikan terhadap sumber mata air.
“Kita berharap, pemerintah daerah bisa memberikan kita bantuan dana untuk memperdalam sumber air. Sehingga bisa mengeluarkan air lebih banyak,” pintanya. (aan/kj)