Oleh: Dwi Aprilia W
(Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura)
Transportasi, dari zaman dahulu sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari. Seiring berkembangnya zaman, transportasi juga terus mengalami sebuah perubahan. Menurut catatan ensiklopedia bebas wikipedia, transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakan oleh manusia atau mesin. Dengan adanya transportasi, maka aktivitas manusia menjadi lebih mudah. Sedangkan menurut Steenbrink (1974), transportasi adalah perpindahan orang atau barang dengan menggunakan alat atau kendaraan dari dan ke tempat-tempat yang terpisah secara geografis.
Sementara pada sumber yang sama, transportasi dibagi menjadi 3 yaitu darat, laut, dan udara. Sarana transportasi darat diantaranya ada yang digerakkan oleh hewan seperti dokar sampai yang sudah modern seperti mobil, motor, truk, bis dan lain-lain. Transportasi juga digolongkan menjadi beberapa macam, diantaranya kendaraan angkutan barang, kendaraan pribadi, kendaraan angkutan umum, dan lainnya. Jika ada sarana transortasi, maka tidak lupa prasarana pendukung seperti jalan, jembatan, rel, terminal, dan lain-lain.
Transportasi ini memudahkan pekerjaan manusia dalam menempuh perjalanan. Tidak hanya untuk bepergian, namun untuk melakukan suatu kegiatan lain seperti mengantarkan barang, kegiatan industri, transportasi umum, dan kegiaatan lainnya. Tentu saja, jika sudah terdapat transportasi, maka akses juga harus mendukung. Terkadang lokasi juga menentukan transportasi apa yang akan kita gunakan. Jika tempat tujuan masih bisa dijangkau dengan tranportasi umum seperti angkot dan bus maka sebaiknya menggunakannya. Jika tempatnya jauh dari jalan yang dilalui transportasi umum maka menggunakan kendaraan pribadi tidak dipermasalahkan.
Kondisi geografis menetukan transportasi apa yang akan dipakai. Akses jalan juga mempengaruhi. Bagaimana jika akses tersebut mendukung salah satu pihak, namun pihak lain merasa dirugikan? Seperti halnya peristiwa yang terjadi pada Jembatan Ploso. Jembatan yang menghubungkan antara Jombang bagian selatan dan Jombang bagian utara ini mengalami kerusakan.
Tidak hanya digunakan untuk menghubungkan Jombang utara dan Jombang selatan saja yang dipisahkan oleh sungai Brantas, namun jembatan ini menjadi prasarana transportasi yang vital bagi beberapa daerah. Jembatan ini menjadi penghubung beberapa kabupaten diantaranya Nganjuk, Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro. Tidak hanya lokasinya yang strategis, namun jembatan ini adalah jembatan satu-satunya jembatan yang menjadi penghubung antara wilayah yang dipisahkan oleh sungai Brantas di Kabupaten Jombang.
Dengan satunya-satunya jembatan penghubung, maka semua aktivitas penyeberangan dari daerah Jombang selatan menuju Jombang utara atau menuju Lamongan, maka jemabatan Brantas menjadi jembatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Meskipun terkadang menggunakan perahu di (tambangan) penyeberangan juga kerap dilakukan, hanya saja masih terbatasnya penyeberangan serupa. Penyeberangan hanya terdapat di beberapa lokasi saja diantaranya penyeberangan Megaluh – Karangmojo dan Tapen – Kesamben. Namun, tidak semuanya masyarakat tahu akan penyeberangan ini dan memanfaatkannya.
Seperti yang dikutip dalam catatan ensiklopedia bebas wikipedia, Jembatan adalah struktur yang dibuat untuk menyeberangi rintangan seperti sungai, rel kereta api, ataupun jalan raya. Jembatan menjadi komponen yang penting dalam suatu ruas jalan, karena sebagai penentu maksimum kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut.
Sementara menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan peranan, fungsi jembatan, fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi: Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika.
Jadi jembatan Ploso mulai dari pembangunan hingga sekarang mempunyai peranan penting dalam menunjang prasarana transportasi. Memang fungsi kebutuhan transportasi saat ini semakin kritis. Di satu sisi jembatan ini menjadi satu-satunya jembatan penghubung antara Kabupaten Jombang, namun di sisi lain jembatna ini sudah tua dan tidak mampu menahan beban yang terlalu berat.
Lokasi jembatan Ploso juga sangat strategis yang menghubungkan kabupaten Lamongan, Tuban dan Bojonegoro. Kondisi geografis dari jembatan ini, jika dari arah Jombang maka bisa mengambil arah kanan yang menuju Ploso, Kudu, Ngusikan, Keboan, Mojokerto dan menuju arah Surabaya, menuju kabupaten Lamongan, Tuban, dan daerah utara. Sedangkan jika mengambil arah kiri bisa menuju Plandaan, Nganjuk, Madiun, Solo dan daerah barat. Jika dari arah utara maka menjadi jalan satu-satunya menuju pusat kota Jombang.
Seiring berkembangnya zaman dan segala perubahannya, industri terus berkembang. Apalagi dicanangkan bahwa Jombang akan menjadi kota industri yang sudah ditandai dengan beberapa pendirian pabrik di daerah Jombang utara. Kecamatan Kabuh salah satunya. Banyaknya tanah kosong di Kecamatan Kabuh menjadikan daerah ini menjadi daerah investasi industri. Banyak berdiri perusahaan-perusahaan baru di daerah ini. Salah satunya adalah pabrik sepatu. Tidak hanya di daerah Jombang utara saja yang sedang berkembang kawasan industri, namun di Lamongan juga sedang terjadi hal serupa.
Jika berbicara mengenai perubahan, pasti akan menbicarakan dampaknya. Pasti perubahan tentang industri juga menuai pro dan kontra dari masyarakat. Ada pihak yang diuntungkan ada pula yang dirugikan. Tinggal siapa yang merasakannya. Jika berbicara dampak positif, maka sudah dipastikan investasi di Kabupaten Jombang mengalami peningkatan. Investor mempunyai minat terhadap perkembangan industri yang ada di Kabupaten Jombang. Namun jika berbicara hal negatif pasti yang dirugikan salah satunya adalah akses jalannya. Akses jalan, industri dan kerusakan jembatan Ploso menjadi pembahasan yang akan saling berkaitan dan inilah yang akan menunjukkan dampak negatif. Namun bisa saja tidak akan mempunyai dampak negatif jika diiringi oleh perubahan akses jalan.
Jembatan Ploso sudah tidak seperti dulu lagi. Kendaraan yang melintasi bukan hanya kendaraan pribadi dan angkutan umum antar kota dalam provinsi ataupun angkot. Seperti yang sudah terjadi dan dirasakan kendaraan yang melintas sekarang bertambah menjadi kendaraan berat dari industri-industri. Kendaraan yang jauh lebih besar 5 kali lipat dari angkot, hingga bermuatan 8 ton melintas di Jembatan Ploso yang memiliki dua jalur ini.
Jembatan ploso beralih fungsi. Tidak hanya dijadikan penyeberangan masyarakat Jombang saja, namun sudah dijadikan penyeberangan kendaraan untuk kepentingan industri oleh beberapa perusahaan. Bertambahnya industri di Kabupaten Jombang dan sekitarnya menjadikan jembatan Ploso menjadi salah satu jalan alternatif menuju perusahaan-perusahaan tersebut.
Seperti yang dikutip pada metronews.com, bahwa banyak kendaraan berat yang bermuatan 8 ton melintasi jembatan Ploso menuju Lamongan dan Tuban. Kendaraan dengan ukuran besar inilah yang menjadi salah satu penyebab kemcetan yang terjadi di jembatan ploso. Kemacetan di Jembatan Ploso sungguh membuat aktivitas warga sekitar terganggu. Pasalnya, jembatan Ploso menjadi akses satu-satunya bagi warga yang ingin menuju Ploso atapun ke Jombang Kota dan sekitarnya.
Kondisi terkini dari jembatan Ploso mengkhawatirkan. Beberapa waktu lalu terdapat sebuah lubang yang muncul di jembatan. Lubang tersebut memang tidak terlalu besar, namun cukup meresahkan pengguna jalan yang melintasi jembatan tersebut. Pasalnya, jembatan Ploso sudah berdiri sejak tahun 1986. Umur jembatan yang sudah tidak muda lagi mengakibatkan jembatan menjadi goyang saat truk dengan ukuran besar melintas. Pengguna jalan yang sedang melintas tepat diatas jembatan itu sering dibuat was-was, karena sewaktu-waktu jembatan itu dirasa mereka seperti mau roboh. Perbaikan sempat dilakukan hanya dengan menutup lubang dengan lempengan besi. Tidak hanya lubang saja, namun jalan diatas jembatan sudah bergelombang dan mengkhawatirkan bagi pengguna jalan terutama bagi pengendara motor.
Jika sudah terjadi hal-hal seperti ini apa yang seharusnya dilakukan? Siapa yang harus disalahkan? Terkadang pertanyaan-pertanyaan itu melintas dipikiran masyarakat. Kritikan sering dilontarkan oleh masyarakat, terutama untuk pemerintah. Kenapa belum dibangun jembatan baru? Seperti yang telah diketahui bahwa sejak tahun 2013 sudah dipasang tiang pancang untuk membangun jembatan baru menggantikan jembatan Ploso yang sudah berusia 30 tahun. Namun, sampai saat ini pembangunan jembatan terkendala pembebasan lahan di sekitar pembangunan jembatan baru. Jembatan dibangun tidak jauh dari jembatan Ploso dengan jarak sekitar 500 meter dari jembatan lama.
Sejak kemacetan sering terjadi di jembatan Ploso, maka dari pihak Polisi Lalu Lintas dan beberapa pihak terkait sudah menetapkan aturan bahwa truk bertonase berat dilarang melintasi jembatan Ploso. Sekarang keadaan lalu lintas di jembatan Ploso sudah normal. Kemacetan tidak menjadi pemandangan lagi. Tidak ada alasan bagi siswa ataupun masyarakat yang bekerja untuk terlambat. Meskipun terkadang masih terjadi kemacetan namun tidak seperti waktu truk dan kendaraan dengan ukuran besar melintasi jembatan tersebut. Seharusnya sejak dulu diberlakukan aturan serupa, seperti pepatah mengatakan “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Sekarang jembatan ploso sudah sakit dengan adanya lubang diatasnya, pemerintah dan pihak terkait hanya bisa mengobati dengan cara menambal. Jika satu lubang ditutup, bagaimana dengan lubang yang nanti akan muncul kembali? semoga tidak ada lagi lubang-lubang yang menggerus aspal di jembatan Ploso, sehingga masih bisa bertahan sampai jembatan baru terealisasi pembangunannya.
Meskipun aturan ini sudah diberlakukan, namun masalah belum selesai. Sampai kapan pembangunan jembatan baru terselesaikan? Masalahnya jembatan baru akan mempunyai peranan penting untuk kemajuan kabupaten Jombang sendiri. Perindustrian di wilayah Jombang utara tentunya, akan berjalan lancar karena didukung akses jalan yang memadahi. Para investor juga tidak perlu khawatir soal biaya transportasi jika melewati jembatan baru sudah selesai untuk menunjang industrinya. Jika perindustrian sudah banyak dibangun di daerah utara Brantas, tentunya akan menguntungkan pula bagi masyarakat. Perekonomian masyarakat Jombang juga akan ikut terangkat. (*)