JOMBANG, KabarJombang.com — Sosok perempuan muda dari Jombang kembali mencuri perhatian publik aktivis mahasiswa. Elza Nikma Yunita, kader perempuan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), resmi mendaftarkan diri sebagai bakal calon Ketua Korps PMII Putri (Kopri) Jawa Timur, dalam forum Konferensi Koordinator Cabang (Konkoorcab) Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Jawa Timur, pada Selasa (27/5/2025) di Surabaya.
Didampingi pimpinan cabang PMII Jombang dan mengenakan jas biru khas PMII, Elza melangkah mantap memasuki arena kontestasi. Perempuan kelahiran Jombang, 15 Juni 2001 ini dikenal sebagai representasi generasi santri yang tak hanya piawai dalam literatur keislaman, tapi juga kritis terhadap tantangan sosial kontemporer.
Latar belakang Elza sebagai alumni Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng dan saat ini tengah menempuh pendidikan S2 di UIN Syekh Wasil Kediri atau yang dulunya IAIN Kediri tersebut menjadikannya simbol transformasi perempuan santri. Ia mengusung nilai inklusifitas dan kesetaraan dalam dunia aktivisme mahasiswa yang masih didominasi perspektif patriarkal.
“Menjadi santri bukan berarti harus berhenti di batas domestik atau religiusitas konservatif. Justru, dari pesantren kita belajar bagaimana nilai-nilai Islam mendorong kemerdekaan berpikir dan keberanian bertindak,” ujar Elza seusai proses pendaftaran.
Dalam visinya, Elza menekankan pentingnya KOPRI sebagai ruang tumbuh bagi perempuan muda yang berpikir progresif dan melek teknologi. Di tengah era digital yang penuh distorsi algoritmik dan bias gender, perempuan harus mengambil peran utama dalam membentuk narasi.
“Saat algoritma ikut mengatur citra dan suara perempuan, maka teknologi bukan lagi sekadar alat, tapi arena perjuangan,” tegasnya, merujuk pada pemikiran Zeynep Tufekci.
Ia menegaskan, perjuangan kaum perempuan kini berada di ruang yang lebih kompleks, dari struktur organisasi hingga pengaruh media sosial. Oleh karena itu, Elza menyuarakan pentingnya digitalisasi kaderisasi dan literasi kritis berbasis gender.
Tidak hanya menyasar aspek struktural, Elza juga menawarkan pondasi ideologis yang kuat bagi arah gerakan Kopri. Ia membawa semangat Islam progresif dan feminisme kritis sebagai rujukan utama dalam membangun gerakan perempuan yang tangguh dan membebaskan.
“Islam datang bukan untuk membungkam perempuan, tapi membukakan jalan bagi pembebasan mereka. Itu yang saya pelajari dari tokoh-tokoh seperti KH. Husein Muhammad maupun Musdah Mulia,” katanya.
Tak hanya wacana, rekam jejak Elza di PMII cukup membuktikan komitmennya. Ia pernah menjabat Ketua Komisariat PMII Unhasy dan Sekretaris Kopri PMII Cabang Jombang. Kiprah dari akar rumput ini menjadi modal penting untuk membangun kepemimpinan yang berpihak pada basis.
Pencalonan Elza tidak hanya menjadi simbol keterlibatan perempuan dalam politik gerakan mahasiswa, tetapi juga sinyal kuat tentang pentingnya memperluas ruang partisipasi perempuan muda dalam pengambilan keputusan organisasi.
“Perempuan bukan sekadar objek program, tapi subjek perubahan. Kopri harus menjadi rumah kepemimpinan perempuan yang strategis dan solutif,” pungkasnya.
Dengan semangat dari kota yang dikenal dengan banyaknya santri tersebut, Elza Nikma Yunita mengusung harapan baru membawa KOPRI Jawa Timur menjadi ruang aman, inklusif, dan berdaya dalam menghadapi tantangan zaman.