JOMBANG, KabarJombang.com – Menjelang Hari Raya Idul Adha, produsen tusuk sate bernama Ira Nuriawan (32) pelaku usaha pembuatan tusuk sate di Dusun Wonotirto, Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Jombang kebanjiran rezeki.
Pasalnya, pesanan tusuk sate yang ia terima membludak dibandingkan hari biasa. Dalam seminggu ini, ia bisa menjual 2 ton tusuk sate.
Usaha tusuk sate yang sudah ia dirikan sejak tahun 2015 itu kini harus bekerja ekstra memenuhi kebutuhan pesanan tusuk sate.
“Menjelang hari besar khususnya idul Adha permintaan meningkat setiap minggunya karena membutuhkan tusuk untuk kegiatan kurban,” ucapnya saat dikonfirmasi pada, Jumat (7/6/2024).
Tusuk sate yang ia produksi ini bahan bakunya diambil dari bambu dan kemudian ia olah sedemikan rupa bersama istrinya dan satu orang lain menjadi tusuk sate.
Jika hari biasa ia hanya menghabiskan 5-10 bambu untuk produksi tusuk sate ini, kini ia mau tidak mau harus menghabiskan 10-15 bambu untuk memenuhi pesanan jelang hari raya kurban.
Tusuk sate yang dipesan ini, ia kirim ke pengepul di daerah Ngantang, Kabupaten Malang. Selain pengepul, ia juga melayani para pedagang kecil yang ingin membeli tusuk satenya.
Ia menjual tusuk sate berbagai ukuran, ada 47, 45 dan 43 cm untuk ukuran panjang. Sementara untuk ukuran pendek ada 38 dan 32 cm.
“Harga bervariasi tergantung ukuran, hanya untuk Idul Adha bisa naik. Omset per minggunya, sekitar 5 kuintal, dan satu bulannya 2 ton, omset bersih sekitar Rp 4-5 Juta satu bulan,” katanya.
Bahan baku yang ia gunakan adalah bambu, namun bukan sembarang bambu, melainkan jenis yang dipilih adalah bambu betung.
“Bambu yang dipilih adalah jenis bambu Betung dan harus tua karena bambu Betung ruasnya lumayan panjang sekitar 40 cm ke atas. Tidak bisa menggunakan bambu jenis lain karena ruasnya terlalu pendek,” ungkapnya.
Ira menjabarkan, untuk proses pembuatan tusuk sate dengan bangan baku bambu ini harus melewati beberapa tahap. Mulai dari menebang bambu, memotongnya dari ukuran sedang hingga kecil sampai ke penyortiran.
Ia menceritakan bagaimana proses awal pembuatan tusuk sate ini, dimulai dari menebang bambu dan di potong sesuai ukuran di tempat, karena memotong bambu tersebut harus menggunakan gergaji diesel.
Setelah itu, bambu yang sudah di potong, di bawa kerumah dan dipotong-potong dengan ukuran yang lebih kecil. Usai di potong ke ukuran yang lebih kecil, potongan itu kemudian di masukkan ke mesin penipisan tujuannya agar bambu menjadi halus.
“Kemudian, baru dilakukan proses penyerutan, di jemur sampai kering. Jika sudah kering potongan bambu ke mesin poles. Setelah di poles dan sudah halus, barulah dilakukan penyortiran. Yang tipis akan disisihkan,” ungkapnya.
Ira melanjutkan, ia menjual tusuk sate nya tersebut hanya setengah jadi. Ia hanya membuat tusuk sate tersebut 80 persen saja kemudian ia jual. Jika sudah diterima oleh pembeli, maka terserah pembeli ingin membentuk tusuk sate itu seperti apa.
“Jadi saya produksi setengah jadi saja, sisanya yah terserah dari pembeli mau di bentuk atau di finishing seperti apa,” pungkasnya.