JOMBANG, KabarJombang.com – Desember bulan Gus Dur, tokoh pluralisme asal Jombang yang jadi teladan masyarakat.
Bulan Desember, selain identik dengan akhir tahun, juga dianggap sebagai Bulan Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid atau akrab di telinga Gus Dur) yang juga Presiden ke-4 Republik Indonesia itu dianggap sebagai satu tokoh yang banyak membuat perubahan.
Sosoknya lekat dengan toleransi antar umat beragama yang sangat kuat. Tak ayal, ia juga dijuluki sebagai Bapak Pluralisme. Banyak jejak sejarah yang menuliskan bahwa Gus Dur merupakan tokoh yang membawa perubahan.
Sebagian orang juga percaya, bahwa Gus Dur merupakan wali yang menjadikan dirinya sebagai panutan di kalangan masyarakat. Gus Dur yang dimakamkan di komplek Makam Tebuireng, makamnya kerap kali jadi jujukan para peziarah dari luar kota maupun Jombang sendiri.
Bertepatan dengan Bulan Gus Dur, komplek makam Tebuireng juga padat pengunjung. Salah satunya mengunjungi dan berdoa untuk Almarhum Presiden ke-4 Republik Indonesia itu.
“Saya percaya beliau ini ilmu agamanya sudah tidak perlu diragukan lagi. Sosok kyai mahsyur yang pernah memimpin negeri. Karomahnya luar biasa, sosok yang juga menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama,” ucap peziarah, Ridho Fadhilah, Minggu (17/12/2023).
Lebih lanjut, satu yang diingat pria asal Surabaya ini dari sosok Gus Dur, ialah ketika ia bisa meredam konflik di tanah Papua. Hanya dengan dialog, Gus Dur mampu membuat konfilik mereda.
“Yang pernah saya dengar, baca dan lihat di berbagai sumber itu, paling fenomenal saat Gus Dur meredakan konfilik di Papua hanya dengan dialog, tanpa harus mengirim aparat bersenjata, ini bagi saya luar biasa sekali,” ungkapnya.
Hal itulah yang membuat Ridho mengangumi dan meneladani sifat Gus Dur yang tak pandang bulu untuk merangkul semua kalangan.
Sementara itu, menurut Firman Jamali, sosok Gus Dur merupakan teladan ummat dan cocok menjadi panutan dalam bertindak dan memahami toleransi dan berdemokrasi.
“Beliau ini Bapak Pluralisme, pernah jadi presiden juga. Merangkul semua umat beragama, berbeda suku karena beliau percaya Indonesia itu negara kesatuan. Itu yang mungkin saya kagumi, bagaimana cara beliau untuk merangkul berbagai kalangan, karena tidak semua orang bisa melakukan itu,” katanya.
Menurut pria asal Sumenep, Madura ini, tidak semua orang bisa menerima perbedaan. Namun, Gus Dur sudah melakukan itu, dan menunjukkan sikap bawah perbedaan itu bukan sebuah hambatan.
“Cara itu yang perlu diperhatikan dan Mungin dipelajari yah, karena beliau ini bisa merangkul semua kalangan tanpa terkecuali, caranya itu bagaimana? Apalagi saat jadi presiden, tidak mudah sepertinya merangkul jutaan masyarakat Indonesia yang berbeda suku dan agama. Sa gat luar biasa,” ungkapnya.
Selain dari masyarakat, sosok Gus Dur juga begitu melekat di anak-anaknya, salah satunya Inayah Wulandari Wahid. Wanita yang malang melintang di dunia entertainment ini menyebut ayahnya mewariskan pemikiran yang saat ini sangat relevan dan sedang diperbincangkan.
“Mungkin pemikiran Gus Dur yang relevan saat ini untuk disebarluaskan yaitu etika demokrasi. Itu juga sesuai dengan tema dari agenda besar Haul Gus di Ciganjur, Jakarta. Yang saya ingat, Gus Dur pernah membuat sebuah tulisan tentang kondisi semuanya seolah-olah,” ucapnya saat ziarah ke Komplek Makam Tebuireng Jombang, Minggu (17/12/2023).
Ia melanjutkan, maksud dari seolah-olah itu yakni semua kondisi di sebuah negara yang seolah-olah baik-baik saja padahal tidak.
“Tulisan Gus Dur itu yang saya ingat menulis tentang kondisi seolah-olah demokrasi, seolah-olah menaatin aturan hukum, seolah-olah kontitusional, seolah-olah bebas namun kondisinya berbanding terbalik alias tidak seperti itu,” ungkapnya.
Inayah yang juga kerap kali tampil di layar kaca televisi untuk Stand Up Comedy ini menyebut hal itulah yang dipertanyakan Gus Dur pada tahun 90-an. Namun, hal itu kembali terjadi belakangan ini.
“Jika bicara demokrasi, apa iya semuanya benar-benar demokrasi atau semua itu cuma seolah-olah saja demokrasi,” jelasnya.
Perlu diketahui, Inayah datang ke Kabupaten Jombang untuk berziarah ke Makam Gus Dur dalam rangka Bulan Gus Dur 2023.
Haul ke-14 Gus Dur tahun ini diselenggarakan di Museum Islam KH Hasyim Asy’ari, Tebuireng, Jombang dilaksanakan selama dua hari, sejak Sabtu (16/12/2023) hingga Ahad (17/12/2023).
Acara dibuka dengan nonton bareng dan diskusi film Di Bawah Bendera Demokrasi dengan narasumber Dosen UIN Tulungagung sekaligus Direktur IJIR Indonesia Akhol Firdaus dan Pengasuh Pesantren Seblak Jombang Emma Rahmawati.
Lalu pada Ahad pagi, ada agenda Gowes Dur bersama Kosti Jombang dan Konvoi Komunitas Vespa. Ada pula gelaran Bazar Rakyat yang digelar selama dua hari. Dilanjutkan dengan Kesenian Barongsai, Liang Liong, Reggae Islami Hamid Uye, dan Stand Up Comedy.
Dilanjut saat sore harinya, dilaksanakan Kirab Budaya dan Tabur Bunga bersama Inaya Wahid. Lalu puncak acara, pada Ahad malam, digelar acara Guyonan Rakyat dimeriahkan Guyon Maton Cak Percil cs, Cak Kartolo cs, Cak Tawar, Inaya Wahid, Olga Lidya, dan Ronald Surapraja.