DIWEK, KabarJombang.com – Mengenal cikal bakal Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang tak lepas dari adanya petilasan di area persawahan desa setempat.
Petilasan yang ada di tengah pohon besar desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang tersebut diakui warga sebagai punden Mbah Rondo Kuning.
Konon dikatakan bahwa Mbah Rondo Kuning itu merupakan sosok penjaga Desa dan yang mengundang keramaian warga sehingga kian menjadi asal usul nama Desa Ngudirejo, Jombang.
“Ngudi itu mencari, dan Rejo itu artinya keramaian. Jadi dari cerita rakyat di zaman dahulu itu Mbah Rondo Kuning itulah yang mencari keramaian warga hingga terus bertambah banyak. Selain mencari, sosoknya juga dikenal sebagai penjaga keamanan dari Desa ini yang hingga kini masih terbukti,” kata Kepala Desa Ngudirejo, Lantarno menceritakan asal usul nama desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek, kepada KabarJombang.com, Jumat (27/8/2021).
Menurutnya, petilasan Mbah Rondo Kuning yang berada di tengah pohon besar pada area persawahan Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, masih sering jadi jujukan warga yang punya keinginan.
“Sampai saat ini masih seringkali terjadi warga ngirim doa dan menaruh tumpeng dan segala macam di tengah pohon itu. Ya pastinya orang yang melakukan itu ada hal yang diinginkan atau harapannya yang ingin dicapai, seperti contoh ingin keselamatan dari wabah ataupun harapan lainnya. Intinya sebagai perantara doa begitu saja,” jelas Lantarno.
Keselamatan Warga dari Penyebaran Covid-19
Hal itu dikatakan Lantarno bahwa sudah banyak keinginan warga yang terkabuli, salah satunya seperti kegiatan doa bersama untuk keselamatan warga Desa setempat dari penyebaran Covid-19.
“Bersama warga sempat mengadakan doa bersama di sana, dan Alhamdulillah kasus pasien covid-19 di Ngudirejo mengalami penurunan. Sehingga sampai saat ini sudah tinggal seorang saja yang mempunyai gejala dan sekarang masih dalam perawatan di rumah sehat isoter,” katanya.
Untuk melakukan ritual atau doa itu, disampaikan bahwa warga setempat seringkali membawa minyak atau tumpeng dan barang-barang lainnya yang sesuai keyakinannya sendiri. Dari barang-barang yang dibawa itu langsung ditaruh pas di tengah pohon yang dikenal jenis Keduyo.
“Kalau barang yang dibawa itu sesuai keyakinan perorangan, ada yang bawa kembang, minyan, bunga dan lain sebagainya. Baru setelah itu bersimedi dan ditinggal begitu saja, pada intinya tujuannya itu tetap meminta kepada Allah dengan perantara itu,” tuturnya dengan jelas.
Karena banyak doa warga yang tercapai untuk keselamatan dan perkembangan Desa Ngudirejo, Kades setempat berharap kepada warganya untuk tidak melupakan situs sejarah tersebut. Dengan memberi doa dan melestarikan tempat di sekitarnya.
“Saya harap warga tidak lupa saja dengan adanya petilasan itu, karena sudah banyak keselamatan warga dan kesejahteraannya yang sudah tertolong melalui perantara itu. Juga harapannya bisa diingat, karena itu merupakan salah satu sejarah Desa,” imbuh Lantarno sembari memungkasi.
Untuk mengetahui keberadaan lokasi petilasan itu, masyarakat sudah bisa melintas dengan kendaraan. Karena meskipun tempatnya berada di tengah persawahan, namun sudah ada akses jalannya. Berdasarkan pantauan di lokasi setempat, tampak beberapa barang ritual yang ditaruh di tepi pohon besar tersebut.