KABUH, KabarJombang.com- Karena rasa cintanya terhadap kesenian asli desanya. Seorang warga asli Desa Manduro, Kevamatan Kabuh, Kabupaten Jombang memilih menjadi seniman Sandur sejak berumur 15 tahun,
Adalah Rifai (41) yang sejak umur 15 tahun telah menjadi pemain seni Sandur Manduro. Pria ini bercita-cita untuk melestarikan kesenian tersebut agar tidak punah.
“Saya memang dari umur 15 tahun sudah menekuni kesenian Sandur yang sudah jadi ciri khas Desa Manduro. Hal ini berawal dari ketertarikan dan kebanggaan saya dengan kesenian milik desa kami,”tuturnya pada KabarJombang.com Sabtu (13/3/2021).
“Saat ini pun saya berencana ingin melestarikan kesenian Sandur Manduro agar tifdak punah dan masih diminati orang-orang yang suka terhadap pagelaran seni,”tambahnya.
Rifai adalah pemain seni Sandur sebagai penari dan pemukul gendang dalam pementasan seni di kelompok Sandur Gaya Rukun milik Warito salah satu pimpinan Sandur di Desa Manduro.
Diketahui ada dua kelompok seni Sandur di Desa Manduro yang menjadi ujung tombak pagelaran seni tersebut milik Warito dan Sakim.
“Di Manduro kan ada dua kelompok seni sandur. Saya yang ikut kelompoknya Pak Warito kadang jadi penari kadang juga pemukul gendang,”jelasnya.
Saat ini menurut Rifai, perkembangan Sandur mulai mengalami krisis penerus. Namun dirinya tidak ingin jika kesenian tersebut punah.
“Sekarang kan mulai krisis pemain, susah mau ngajari karena tingkat kesulitannya berbeda dengan kesenian lain. Tapi saya tidak ingin kesenian ini punah dengan bantuan pemerintah setempat saya ingin kesenian ini tetap ada dengan program-program yang ada,”katanya.
Rifai mengungkapkan keluh kesah saat menjadi seniman Sandur selama ini terlebih pada masa pandemi Covid-19. Tentang pembatasan aktifitas dan larangan berkumpul, membuat Rifai dan seniman lain harus berdiam diri tanpa job pementasan.
“Sedihnya ya pas gini ini, gak ada job karena pandemi Covid-19 yang masih ada. Dari Pemerintah juga menurut saya kurang support kepada seniman Sandur. Kalau keluhan yang lain ini tentang generasi pemain baru yang susah. Apalagi pemain terompet ini paling susah,”ungkapnya.
Terkait dengan alat dan sarana kesenian Sandur Manduro masih menggunakan alat yang masih asli dari leluhurnya. Namun kostum yang saat ini ada perlu pembaruan karena sudah usang.
“Kalau alat-alatnya dari dulu zaman leluhur dulu. Tapi sudah mulai harus diperbarui. Kayak kostum itu sudah lama harus beli baru biar lebih menarik, “pungkasnya.