JOMBANG, KabarJombang.com– Pembelajaran sistem tatap muka awal tahun 2021 mendatang, secara serentak dimulai di Jombang. Begini respon masyarakat Jombang.
Salah seorang warga asal Mojowarno Jombang, Sriana (33) mengatakan, jika pihaknya mengaku setuju jika pelaksanaan pembalajaran tatap muka dibuka tahun depan.
Meski status Kabupaten Jombang saat ini zona merah, pihaknya tetap tidak keberatan. Pasalnya, ia merasa jika tidak tatap muka, anak-anaknya kesulitan dalam belajar. Ia percaya jika di sekolah dalam penerapan Prokes 3M akan jauh lebih aman.
“Kalau saya sih tatap muka ndak apa meski zona merah, kalau ndak tatap muka anak-anak itu kesulitan belajar. Tapi di sekolah kan juga sudah ada tempat cuci tangan, pakai masker, jaga jarak. Soalnya kan dulu satu bangku dua orang sekarang satu bangku satu,” kata Sriana kepada KabarJombang.com saat ditemui di alun-alun Jombang bersama dua anaknya, Senin (14/12/2020).
Sriana merasa miris dan khawatir jika tidak dilaksanakannya pembalajaran tatap muka. Sebab, katanya, anak akan lebih memilih bermain handphone dibandingkan belajarnya.
“Dengan pembelajaran tatap muka mereka akan semangat, meskipun hanya satu jam. Tapi kalau daring kasihan anak-anak. Apalagi pembelajaran berhitung, terus bahasa Arab, karena setiap orangtua kan gak semua bisa menjelaskan. Anak saya kan kelas 3 MI mulai serius bahasa Arabnya. Nanti orangtua yang ngerjakan tugasnya, anak-anak yang justru gak paham,” ungkapnya.
Hal yang sama pun dikatakan salah satu seorang siswa SMK yang ada di Jombang. Ia mengaku senang dan setuju jika pembelajaran tatap muka dilaksanakan pada tahun depan. Meski diambang perasaan bimbang antara takut dan ingin.
“Kalau daring gak enak, gak bisa ketemu teman-teman terus gak bisa memahami materinya. Ya semoga corona segera berakhir dan bisa dilaksanakan kembali pembelajaran tatap muka. Dengan status Jombang zona merah juga bimbang antara rasa pengen dan takut,” kata Farid (17) dan Bagus (16).
Begitupun dengan Dita (13) yang mengaku setuju dilaksanakannya pembelajaran tatap muka. Karena ia merasa bosan beberapa bulan di rumah terus dan lebih mementingkan bermain dibandingkan belajarnya.
“Setuju, karena bosan di rumah terus. Dan kebanyakam bermain sama teman-teman daripada belajar,” pungkasnya.