JOMBANG, KabarJombang.com – Peringatan hari Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh Kamis (29/10/2020) Wakil Ketua MUI Jombang, KH Ahmad Junaidi Hidayat, ajak masyarakat untuk tetap bersholawat dan mensyukuri hari kelahiran Rasulullah SAW.
Menurutnya, sholawat merupakan bagian dari cara sebagai manusia menyambungkan diri dengan kanjeng Nabi SAW. Karena dari sholawat tersebut akan membentuk sinyal antara seorang umat Nabi Muhammad dengan Nabi Muhammad SAW.
KH Ahmad Junaidi menegaskan, bahwa yang membaca sholawat nabi bukan hanya manusia. Tetapi Allah dzat yang menciptakan juga turut membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Begitu juga dengan para malaikat, semua membaca sholawat.
“Innallaha wa malaikatahu yusholluna ‘alan nabi. Ya ayyuhalladziina amanu shollu ‘alaihi wa salamu taslima”
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat (memuji dan berdoa) ke atas Nabi (Muhammad s.a.w). Wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah kamu ke atasnya serta ucapkanlah salam dengan penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56)
“Dari sholawat tersebut merupakan salah satu kehebatan kanjeng Nabi dimuliakan oleh Allah SWT,” ujar Junaidi, Kamis (29/10/2020).
Menurutnya adanya sholawat itu juga merupakan salah satu bentuk penugasan yang mulia dari Allah kepada Nabi, sebagai Rasul. Dan di akhirat nanti orang-orang yang banyak membaca sholawat akan lebih dulu tersambung mendapat syafa’at dan pertolongan kanjeng Nabi.
“Maulud itu kan hakikatnya bagaimana kita mensyukuri terhadap hari kelahiran kanjeng Nabi. Nah, mensyukuri itu konteksnya yang terpokok adalah bagaimana kita melahirkan jiwa, perasaan senang, suasana yang demen mahabbah terhadap kelahiran Rasul, kanjeng Nabi Muhammad,” tuturnya.
Perwujudan rasa senang tersebut akan lebih baik jika diwujudkan dalam bentuk ibadah-ibadah yang tidak harus dengan seremoni, ramai-ramai, maupun yang gebyar-gebyar, apalagi dalam situasi pandemi Covid-19 ini dan cukup di masjid dengan masyarakat sekitar dengan jumlah yang terbatas.
Jika hal tersebut memungkinkan untuk dilakukan, maka perbanyak sholawat Nabi, memuji kepada kanjeng Nabi, lalu bisa dengan diuraikannya terkait akhlak, prilaku Nabi untuk membangkitkan rasa cinta yang lebih mendalam.
“Jadi, syi’ar yang sifatnya menunjukkan terhadap rasa mahabbah atau cinta kita terhadap kanjeng Nabi. Dan bagaimana perayaan maulid Nabi tersebut juga bisa dengan cara mengambil hikmah, suri tauladan, uswah hasanah, prilaku, kepribadian, yang pokok lagi ajaran, syari’at yang dibawa oleh kanjeng Nabi,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan penerjemahan, pemahaman, pemaknaan dalam menguraikan hikmah, kajian dalam menerjemahkan Nabi Muhammad dalam konteks kehidupan saat ini itu penting. Seperti kehidupan sosial, ekonomi ataupun politik.
Diterangkan bahwa semua pribadi dan kehidupan Rasul adalah teladan, karena Ulumul Qur’an, Nabi adalah bentuk penerjemahan Al-Qur’an. Apalagi syari’at yang dibawa Nabi merupakan pedoman dan teladan bagi kehidupan manusia, baik sekarang atau seterusnya.
“Dalam dunia ini, itu ada banyak hal, jadi kita tidak bisa hanya mengandalkan akal kita, kekuatan ilmu kita. Tetapi perlu teladan, petunjuk yang dibawa oleh Rasul, yang itu langsung diajarkan Gusti Allah dan itu menjadi sesuatu yang penting,” bebernya.
Tidak hanya itu, ia juga menandaskan bagaimana kita sebagai sesama manusia bisa saling menolong, menyayangi, peduli, mengasihi dalam situasi saat ini dan merupakan sebuah inti dari ajaran Islam itu sendiri yang disebut Rahmatan Lil Alamin.
Jadi, lanjutnya sebagai umat Islam harus terus mencintai kenjeng Nabi dengan membaca sholawat Nabi. Membangun kecintaan dalam meneladani, mengamalkan terhadap syari’at Nabi Muhammad.
“Dengan tidak harus ramai-ramai, yang nantinya bisa menimbulkan resiko. Jadi, Islam itu Rahmat Lil Alamin, bisa kita lakukan dalam bentuk apapun sesuai dengan kemampuan maupun kondisi yang bisa kita lakukan. Cinta setiap saat, setiap kondisi kepada kenjeng Nabi,” pungkasnya.