JOMBANG, KabarJombang.com – Berbagai jenis bantuan yang digelontorkan pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah, bertujuan menggerakkan kembali perekonomian pasca dihantam pandemi Covid-19, dinilai Dr Junaedi, pengamat ekonomi tidaklah instan. Menurutnya, butuh waktu untuk mengembalikan perekonomian setara sebelum pandemi.
Dosen Magister Ilmu Ekonomi Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang ini mengakui, pandemi Covid-19 sangat “memukul” perekonomian nasional. Adanya pembatasan sosial, kataya, menjadikan aktivitas ekonomi lumpuh, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau pengurangan jam kerja, menyebabkan penurunan pendapatan.
“Pendapatan turun otomatis, tingkat konsumsi juga turun. Pertumbuhan ekonomi kita minus sampai minus lima koma sekian persen pada kuartal kedua,” ungkapnya.
Dijelaskannya, pertumbuhan ekonomi dipicu oleh konsumsi. Apabila konsumsi rumah tangga menurun, secara otomatis pertumbuhan ekonomi ikut menurun. Dalam sisi ekomomi, menurut Junaedi, bantuan yang diberikan pemerintah memiliki tujuan untuk meredam turunnya pertumbuhan ekonomi.
“Sebelum pandemi Covid-19, semula menengah ke bawah, kini mungkin menjadi masyarakat kelas bawah semua,” lanjut Kaprodi Magister Ilmu Ekonomi Undar ini.
Pendapatan dan konsumsi turun, mengakibatkan aktivitas produksi tidak berjalan. Junaedi berpendapat stimulus bantuan pemerintah sebagai pelumas menggerakkan roda perekonomian. Meski pergerakannya tidak secepat sebelum pandemi. Hal ini, katanya, membutuhkan waktu.
Terkait efektif atau tidaknya bantuan kepada masyarakat, menurut Junaedi, bergantung kepada tepat atau tidaknya sasaran bantuan tersebut. “Sangat tergantung pada validitas data masyarakat yang berhak menerima. Memang banyak persoalan dalam hal ini, karena mungkin mengurusi berapa juta penduduk,” jawabnya.
Bantuan pemerintah, masih menurut Junaedi, bisa meredam perekonomian jangka pendek maupun jangka panjang. Terus menurunnya perekonomian, dapat mengakibatkan adanya resesi ekonomi. “Kita bisa lihat di akhir bulan ini atau bulan depan, ada resesi apa nggak,” imbuhnya.
Dari hasil pengamatannya, bantuan pemerintah selama ini dikatakan cukup efektif untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan meningkatkan produksi. Sedangkan, untuk tepat tidak tepatnya sasarannya, hal itu menyangkut penyaluran pihak atau dinas terkait.
Terkait jenis bantuan tunai dan non tunai, Junaedi menjelaskan bantuan tunai lebih efektif menumbuhkan daya beli dan menggerakkan perekonomian. Karena kebutuhan cenderung pada kebutuhan pangan.
Sedangkan bantuan non tunai pada masyarakat yang benar-benar kalangan bawah seperti sembako, dinilainya cukup membantu. Namun, bantuan non tunai seperti sembako atau bentuk pangan lain pada masyarakat menengah, dia menandaskan, kurang pas.
“Baiknya, porsinya uang tunai lebih banyak untuk menggerak roda perekonomian,” tegasnya.
Junaedi berharap, bantuan pemerintah tersebut tepat sasaran dengan terus melakukan validitas data dan pembaharuan data.
“Kadang kan ada gesekan terkait data ini. Biasanya ada yang kaya mendapatkan, lalu yang kurang mampu, tidak. Dan semoga pandemi ini segera berakhir,” pungkasnya.