JOMBANG, KabarJombang.com-Kebanyakan orang melihat koran bekas hanya sebatas barang yang sudah nyaris tidak dapat digunakan lagi. Maksimal digunakan bungkus nasi.
Namun beberapa orang menyulap koran bekas menjadi karya seni atau kerajinan dengan nilai seni dan nilai ekonomi lumayan tinggi.
Adalah Edi Santoso (40), warga Desa Mojongapit, Kecamatan Jombang Kota, Kabupaten Jombang yang menggeluti kerajinan berbahan dasar koran bekas menjadi barang-barang kerajinan bernilai ekonomi tinggi.
Edi mengaku, sudah membuat kerajinan dari bahan dasar koran bekas sejak dua tahun lalu.
“Saya mulai membuat kerajinan dari koran bekas ini tahun 2018- an,” ungkap Edi di kediamannya, kepada kabarjombang.com, Rabu (29/07/2020).
Akan halnya keterampilan membuat kerajinan berbahan koran bekas, Edi mengaku didapatkannya dari pelatihan saat dia menjadi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Jombang.
Hanya saja keterampilan itu kemudian dikembangkannya sendiri, karena saat menjalani pelatihan koran bekas, barang yang dijadikan model sangat sederhana dan terbatas.
“Pertama kali belajar kerajinan koran bekas saat ada pelatihan di dalam LP. Tterus saya kembangkan sendiri dengan berbagai model yang lebih beragam,” terang Edi yang lengannya dihiasi sejumlah tato motif abstrak.
Dengan modal koran bekas, lem kayu dan cat warna-warni, Edi pun membuat kerajian berbahan kertas dengan beragam model. Selain itu juga membuat berbagai replika benda serta binatang.
Mulai dari replika kapal, replika becak, vas bunga, asbak, dudukan gitar, burung merak, sampai asbak berhias ular naga.
Terkait harga yang dibanderol, Edi mengaku itu tergantung dari tingkat kesulitan masing-masing hasil karya kerajinan yang akan dibuat.
“Kalau masalah harga sih tergantung dari tingkat sulitnya Mbak. Rata-rata berkisar Rp 50 ribu sampai Rp 400 ribu per item,” ungkap Edi
Untuk pemasaran produk kerajinan yang dihasilkan, Edi mengaku sementara ini hanya melalui online, memakai akun facebook milik kakaknya. “Jualnya masih online pakai fb (facebook) mas saya,” ujarnya.
Disinggung masalah yang dihadapi terkait aktivitas kreatifnya ini, Edi mengaku kesulitan mencari tempat yang memadai guna berkegiatan pembuatan dan juga memamerkan hasil-hasil karyanya.
Singkatnya, Edi mengaku memerlukan semacam ‘bengkel’ untuk berkreasi dan galeri untuk memamerkan hasil kerajinannya.
“Kendalanya mungkin biaya, untuk membuat karya-karya lebih banyak lagi. Harapannya harapannya sih pengen punya galeri, biar bikin dan jualnya gampang karena ada tempatnya,” tutupnya.(cw3)