NGORO, KabarJombang.com – Sebuah papan imbauan berisi tulisan “Dilarang Menyalakan Dupa/ Kemenyan/ Sejenisnya Di Kawasan Ini”, terpampang di area situs Petirtaan Sumberbeji, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang.
Papan itu tentu menarik perhatian. Memancing tanya, apakah situs yang diperkirakan merupakan warisan Kerajaan Majapahit itu menjadi tempat semedi, pamujan atau setidaknya menjadi tempat ritual?
Sebelum ditemukan dan digali, situs kuno yang diduga itu hanya sebatas sumber air biasa. Sumber air yang menyembur dari dalam tanah dan dipakai untuk memgaliri sawah warga setempat.
Suprapto, warga dusun Sumberbeji, mengatakan, sejak masa kecilnya sumber air itu sudah ada. Situ bangunan kuno saat itu belum ditemukan.
“Sejak saya kecil sumber air ini sudah ada. Sebelum ada situs semacam candi itu, dulu ya cuma saluran air biasa,” ucapnya pada KabarJombang.com, Jum’at (8/11/2019).
Namun ada cerita menarik dibalik ditemukannya situs sumberbeji ini, katanya. Suprapto yang sedari kecil tinggal tidak jauh dari lokasi situs itu menceritakan sedikit bagaimana kondisi dan apa saja yang terjadi sebelum situs petirtaan ini ditemukan.
Pria paruh baya ini menyebut dulu sumber air ini dijaga oleh Mbah Darga dan diteruskan oleh tujuh generasi keturunan dia selanjutnya.
“Dulu ada yang namanya Mbah Darga. Beliau yang menjaga area sumber air ini sebelum diketahui kalau ada sisa bangunan kuno. Sampai keturuan beliau yang ketujuh, selalu ada yang jaga daerah ini,” ujarnya.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, jarang terlihat ada orang yang merawat sumber air tersebut, hingga akhirnya masyarakat yang menjaga, merawat dan mebersihkan area tersebut.
Ketika disinggung terkait pengumuman -lebih tepatnya imbauan- yang ditempel di lokasi petirtaan, dia mengaku tidak tahu siapa yang menempelkaannya.
Aapakah dulu sumber air ini sering dipakai masyarakat untuk menaruh sesaji atau sejenisnya? Dia mengatakan tidak.
“Tidak ada, dari dulu masyarakat ya tidak ada yang menaruh sesaji atau lainnya. Datang ke sini ya cuma untuk menikmati udaranya, karena segar,” kata dia
Lebih jauh pria yang berprofesi sebagai pekerja proyek ini menyebut ada hal istimewa pada sumber air tersebut. Keistimewaan itu, katanya, khusus untuk warga Dusun Sumberbeji, dan tidak masyarakat umum.
Dia menuturkan, masyarakat umum yang mencoba untuk mencebur ke sumber air atau berenang, diyakini orang itu pasti akan langsung tidak enak badan. Berbeda ketika sumber air itu dinikmati warga setempat, aman-aman saja dan tidak terjadi hal apapun.
“Kalau masyarakat daerah sini, mau ke sumber air atau renang, setelah itu tidak terjadi apa-apa, itu yang istimewa dari sumber air ini. Itu dulu, mas. Kurang tahu lagi kalau sekarang,” tuturnya.
Oleh karena itu, warga berinisiatif untuk membuat kolam buatan. Itu dimaksudkan sebagai pengganti yang bisa dinikmati oleh masyarakat umum tanpa resiko ‘tidak enak badan’.
Suprapto meyakini, kejadian aneh tersebut sudah takdir alam dan sama sekali tidak berhubungan dengan sesaji atau hal mistik lain.
“Mungkin takdir alam ya, mas. Kalau mistis begitu kayaknya tidak ada, karena masyarakat disini juga tidak ada yang melakukan itu,” tegasnya.