GUDO, KabarJombang.com – Wayang potehi, kesenian tradisional asal Tionghoa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Perpaduan unsur budaya asal daratan Cina dengan budaya lokal memberi warna tersendiri bagi etnis Tionghoa di Nusantara termasuk yang ada di Kota Santri-julukan Kabupaten Jombang.
Wayang potehi merupakan seni pertunjukan boneka tradisional asal Cina Selatan. “Potehi” berasal dari akar kata “pou” (kain), “te” (kantong), dan “hi” (wayang). Secara harfiah, bermakna wayang yang berbentuk kantong dari kain. Wayang ini dimainkan menggunakan kelima jari. Tiga jari tengah mengendalikan kepala, sementara ibu jari dan kelingking mengendalikan tangan sang wayang. Kesenian tradisional dari Tionghoa ini telah berkembang selama kurang lebih 3.000 tahun lalu telah ada sejak Dinasti Jin (265-420 M).
Kesenian wayang potehi ini masuk ke Kabupaten Jombang diperkirakan sejak tahun 1920 berpusat di Klenteng Hong San Kiong Gudo.
“Kebetulan kakek saya seorang dalang dari Cwancu yang datang ke Indonesia tahun 1920-an di Gudo ini. Kalau berdasarkan penelitian, wayang potehi sudah ada di Indonesia sejak tahun 1600. Orang sini biasanya menyebut wayang potehi itu wayang titi,” kata Ketua Klenteng Hong San Kiong Gudo Toni Harsono kepada KabarJombang.com, Sabtu (6/2/2021).
Pegiat wayang potehi ini mengaku sejak kecil hidupnya sudah menyatu dengan klenteng bersama ayahnya yang bekerja di Klenteng Hong San Kiong hingga membuatnya jatuh hati kepada wayang potehi sekaligus ingin membantu para pemain potehi.
Dikatakan laki-laki yang juga pengusaha toko emas ini bahwa wayang potehi sempat mati suri setelah adanya Inpres nomor 14 tahun 1967 tentang agama kepercayaan dan adat istiadat Cina.
“Tetapi di Gudo sendiri masih aktif karena hubungan baik antara masyarakat setempat dengan klenteng,” ujarnya.
Dan setelah dicabutnya inpres tahun 1967 tepatnya diwaktu pemerintahan KH Abdurrahman Wahid wayang potehi kembali populer dan bisa dimainkan dimanapun seperti di Gereja, lembaga pendidikan, pondok pesantren dan lain sebagainya.
“Cerita yang dimainkan pada wayang patohi biasanya tentang legenda, kepahlawanan dari Tiongkok,” ungkapnya.
Selain itu, wayang potehi ini juga sudah go internasional sebagai buktinya ia sempat diundang diberbagai acara di luar negeri seperti di Jepang, Taiwan, dan Malaysia.
Untuk memainkan wayang potehi ini membutuhkan 5 pemain, 2 pemain berperan sebagai dalang dan 3 pemain sebagai pengiring musiknya.
“Wayang yang dimainkan berbeda-beda tergantung ceritanya, untuk alatnya ada tambur, musik gesek, simbah, dan lain-lain,” katanya.
Ia berharap agar wayang potehi ini bisa diakui sebagai bagian budaya Indonesia, bisa dicintai dan dimainkan, karena masih ada anggapan bahwa wayang potehi ini dari Tiongkok sehingga pemerintah kurang perhatian.
“Wayang potehi ini kan merupakan salah satu budaya lama yang terbukti sudah ada sejak tahun 1600 di Indonesia, jadi harapannya wayang potehi ini bisa diakui oleh pemerintah, dicintai masyarakat sehingga bisa dimainkan kembali,” pungkas Toni.