JOMBANG, KabarJombang.com – Ritual yang tak pernah luput saat bulan Suro tiba bagi masyarakat Jawa adalah Jamasan pusaka, atau lumrah dikenal sebagai pembersihan benda pusaka.
Seperti yang terjadi di Kabupaten Jombang, tepatnya di Situs Petirtaan Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Ritual Jamasan yang dinilai punya nilai sentimental tersendiri adalah keris.
Belati yang memiliki bentuk asimetris ini, tidak hanya digunakan sebagai senjata. Namun, juga punya nilai spiritual yang kental. Oleh sebab itu, tidak heran, bagi sebagian masyarakat menganggap keris sebagai benda keramat yang harus terus dirawat.
Proses Jamasan keris sendiri tidak asal-asalan seperti membersihkan benda tak bergerak lainnya.
Saiful, warga asal Kecamatan Bandarkadungmulyo, Jombang yang merupakan orang yang punya keahlian menjamasi keris ini mengatakan, proses jamasan sejatinya adalah membuang kotoran pada keris.
“Proses jamasan atau pembersihan keris dilakukan supaya kotoran di keris gampang hilang. Jika kotoran sudah hilang, maka bisa keluar motif pamornya,” ucapnya pada wartawan, Minggu (7/8/2022).
Ada beberapa tahapan yang dilakukan saat menjamasi keris, seperti keris yang dilumuri cairan jeruk nipis hingga direndam di air bercampur bunga setaman dalam satu kendi.
Sebelum keris mulai dijamasi, keris diberikan jeruk nipis dan kemudian dimasukkan ke dalam warangan. Nantinya, warangan akan memisahkan antara besi baja dan bahan keris lainnya.
Proses ini dilakukan beberapa menit dan tidak harus menunggu waktu lama. Setelah itu keris diangkat untuk melihat posisinya sudah berubah yang tadinya putih dimasukkan warangan dan akan berubah mempunyai pola.
Keris yang sudah melewati proses diatas tadi, kemudian mulai dimasukkan ke dalam kendi berisi air yang dicampurkan dengan bunga setaman, lalu digosok hingga keluar pamornya.
“Untuk waktunya, berapa menit direndamnya yah berbeda-beda, karena setiap pusaka (keris) memang beda-beda,” ungkapnya.
Untuk melihat suatu keris sudah muncul bentuk pamornya, ia menunjukkan satu keris, dimana pada gagang keris yang masih tertutup dengan sarungnya, terikat sebuah tali berwarna putih. Ia menuturkan, itu adalah sebuah tanda.
“Warangan ini bahaya kalau terkena tangan, jadi ini di kasih tanda. Jadi tidak sembarang orang bisa membuka itu,” ujarnya.
Keris yang direndam dengan air campuran bunga setaman adalah proses terakhir. Sehingga, nantinya jika sudah melewati proses jamasan keris bisa kembali ke pemiliknya jika sudah muncul wewangian.
“Karena Jawa itu kan mudah, setiap makhluk itu pasti wewangian. Tinggal menunggu wewangian bisa kembali ke pemiliknya,” tukasnya.(Anggit)