JOMBANG, KabarJombang.com – Beberapa benda kuno ditemukan dua desa di Jombang yakni Desa Kedaton, Kecamatan Diwek dan Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngoro. Oleh ahli, benda-benda tersebut, diduga peninggalan masa kerjaan majapahit.
Dapat dikatakan dari masa Majapahit, karena sejumlah temuan diperkirakan berumur sejak abad ke 14-15 Masehi.
Adapun benda kuno yang ditemukan seperti struktur bata, pecahan gerabah, gentong, dan benda-benda lainnya. Bahkan juga pernah ditemukan sebuah benda berbentuk tameng.
Salah satu warga Kedaton penemu benda kuno, Zainuri (61) mengaku ,melihat sejumlah benda asing lebih dari satu item. Ia pernah menemukan benda guci, lumpang, hingga pipisan pada tahun 2009-2010 silam.
“Sepertinya ada bangunan, banyak batu-batu seperti di plester gitu. Kira-kira ada 30 sumur dan berjarak sekitar lima meter antar sumur,” katanya (30/5/2022) lalu.
Seiring berjalannya waktu, diduga pria ini tidak mengetahui persis benda temuan yang dimaksud, karena dirasa antik ia pun menjualnya.
“Sering (dijual), tapi nggak seberapa mahal. Ada yang laku 100 ribu, 50 ribu, 25 ribu. Ya mangkuk, kendi gitu. Kalau perhiasan, saya pernah menemukan seperti rantai tapi lampu. Saya diberi uang 150 ribu,” ungkapnya.
Sementara itu Arkeolog BPCB Jawa Timur saat ditemui beberapa waktu lalu, jika pada Desa Kedaton dan Sugihwaras berdasarkan temuan benda kuno diperkirakan terjadi pada 14 Masehi.
“Jadi kalau dari artefak yang sudah ditemukan, itu memang lebih cenderung ke arah sana, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa, pemanfaatannya bisa dimulai pada abad sebelumnya” terangnya, (7/6/2022).
Menurutnya bahwa jika dalam suatu obyek temuan, ditemukan material yang besar tidak menutup kemungkinan pembuatan tidak dapat instan.
“Karena memang kita harus pahami, satu produk budaya, apalagi yang material besar, itu tidak mungkin tiba-tiba jadi,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan mengenai nama “Kedaton” bukan penamaan biasa, namun memiliki makna yang besar.
“Karena kata Kedaton, itu kosakata dasarnya adalah datu, mendapat ke dan an, ke-datu-an. Sama dengan ratu, ke-ratu-an. Artinya, secara kebahasaan, itu bisa berarti adalah tempat tinggal ratu, atau paling tidak terkait dengan ratu,” pungkasnya.