JOMBANG, KabarJombang.com – Akibat mendung menyelimuti langit, hilal tak terlihat di Kabupaten Jombang saat proses rukyatul hilal.
Sebagaimana diketahui, Rukyatul hilal penentuan awal Ramadan 1445 Hijriah di Kabupaten Jombang dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Jombang.
“Penetapan awal Ramadan memang ada sedikit perbedaan. Sebagaimana terjadi di saudara-saudara Muhammadiyah yang sudah memutuskan bahwa 1 Ramadan jatuh di tanggal 11 Maret 2024,” ucap Kepala Kemenag Jombang, Muhajir kepada wartawan saat memantau Hilal di Masjid Jami Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang, Minggu (10/3/2024).
Muhajir menjelaskan, Rukyat yang dilakukan ini memang ada potensi tidak terlihat. Karena memang ketinggian hilal belum bisa di lihat.
“Kalau ketinggian hilal itu kan di atas 2 derajat dan yang sekarang kita pantau belum sampai di ketinggian itu. Jadi memang sebenarnya belum bisa dilihat. Namun, kita tetap lakukan upaya ini karena kegiatan rukyah ini tidak hanya dilakukan di Jombang saja,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa proses Rukyatul Hilal tetap dilakukan karena seluruh titik di Indonesia melakukan hal serupa.
“Di seluruh titik pantau di Indonesia ini sedang dilakukan rukyah. Jadi nanti masing-masing titik pantau akan melaporkan kepada Kantor Kementerian Agama (Kemenag) pusat sebagai bahan sidang isbat penetapan 1 Ramadan,” katanya.
Di Kota Santri sendiri, hilal belum muncul dikarenakan cuaca mendung yang merata menyelimuti langit Jombang.
“Saat ini kita belum tau, di Jombang ini apakah hilal sudah terlihat atau belum, kami masih menunggu informasi berikutnya. Apakah di titik pantau lain hilal bisa dilihat atau tidak,” katanya.
“Tetapi, kalau Jombang yang dalam posisi saat ini, situasi cuacanya juga mendung sebenarnya hilal sulit untuk di rukyah. Namun tetap kita lakukan upaya untuk melihat hilal apakah sudah terlihat atau belum,” lanjutnya menambahi.
Menyikapi adanya perbedaan penetapan awal Ramadan, Muhajir menjelaskan memang ada beberapa metode yang digunakan.
Ada informasi bahwa penetapan awal Ramadhan sendiri sudah ditetapkan jauh-jauh hari, menurutnya, penetapan kalender Hijriah memang menggunakan metode Hisab dan Rukyat.
“Sehingga, jika ada saudara kita yang memutuskan bahwa 1 Ramadan jatuh pada 11 Maret 2024 karena memang secara hisab, mereka meyakini bahwa hari ini sudah ada hilal. Jadi berapapun derajatnya, itu sudah menjadi pedoman sebagai penetapan awal puasa,” jelasnya.
Sementara untuk yang lain, menyatakan bahwa rukyat harus tetap dilakukan, karena rukyat harus bisa dilihat. Sebab berpedoman pada hadits ‘Berpuasalah karena kita sudah melihat hilal, dan berbukalah ketika kita sudah melihat hilal’
“Sesungguhnya ini kita lakukan adalah untuk menjalankan perintah Rasulullah SAW,” imbuhnya.
Kata Muhajir, Kemenag sudah memiliki tim Hisab dan Rukyat. Maka, agenda rukyat ini untuk konfirmasi, apakah hasil hisabnya itu sesuai atau tidak dengan kondisi di lapangan.
“Ketika potensi perbedaan awal puasa ini ada, saran saya adalah tetap jaga ukhuwah islamiah, saling toleransi, dan masing-masing pihak sudah punya dalil. Kita jaga toleransi diantara kita semua,” pungkasnya.