JOMBANG, KabarJombang.com – Sebagai umat islam, tentu sudah banyak yang mengetahui bahwa Hari Raya Idul Adha berasal dari Kisah Nabi Ibrahim dan nabi Ismail, yang mana nabi Ibrahim diutus oleh Allah untuk menyerahkan nabi Ismail.
Naimul Umam, salah seorang Tokoh Agama di Jogoroto, Jombang mengatakan, Nabi Ismail menjadi asal muasal Idul Adha. Nabi Ismail merupakan anak yang dinantikan Nabi Ibrahim. Kala Nabi Ismail lahir, Allah meminta Nabi Ibrahim membawa sang istri, Siti Hajar, dan anak mereka keluar dari Palestina.
“Mereka menyusuri padang pasir yang gersang hingga tiba di lembah tandus yang disebut Lembah Bakkah (kini Mekkah). Sungguh tidak mudah mereka bertahan hidup di lembah, apalagi Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan Nabi Ismail dengan makanan dan minuman seadanya,” ujarnya pada Minggu (10/7/2022).
Akan tetapi, Nabi Ibrahim berserah pada Allah dalam ketakutan dan kekhawatirannya. Berkat kemurahan Allah, Nabi Ismail dan Siti Hajar mampu bertahan hidup. Nabi Ismail pun tumbuh besar di Mekkah di bawah didikan kedua orang tuanya.
“Hingga suatu ketika, Nabi Ibrahim bermimpi bahwa Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelih Nabi Ismail,” jelasnya.
Sesuai surat As-Saffat ayat 102 yang sudah jelas bahwa Nabi Ibrahim meminta pendapat kepada Nabi Ismail terkait mimpi yang telah di alaminya. “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu,” jelasnya.
Menanggapi mimpi sang ayah, Nabi Ismail sama sekali tidak ragu dan meminta sang ayah mengikuti kehendak Allah SWT. Sesuai dengan yang tertulis di dalam Al-Qur’an. “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Sebelum penyembelihan, lanjut Umam bercerita, Nabi Ismail menyampaikan beberapa permintaan terakhirnya.
“Pertama, Nabi Ismail minta diikat dengan tali agar tidak meronta. Kedua, pisau harus diasah tajam agar tidak kesakitan. Kemudian ia juga meminta agar pakaian yang dikenakannya diberikan pada ibunda tercinta, Siti Hajar sebagai kenang-kenangan,” jelasnya.
Setelah itu, Nabi Ibrahim membaringkan sang putra dan mulai menghunus pisaunya. Namun pisau yang tajam itu tidak mampu menyayat kulit Nabi Ismail. Sehingga Allah SWT pun melihat cinta dan ketulusan Ibrahim dan mengganti Ismail dengan seekor kambing.
“Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (surat As-Saffat 104-107).
Hingga saat ini, kisah seorang ayah dan anak itu yakni Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail pun masih dikenang oleh masyarakat muslim sebagai perayaan Idul Adha atau juga bisa disebut sebagai hari raya qurban.