JOMBANG, KabarJombang.com – Sejumlah aktivis di Kabupaten Jombang berani buka diskusi membahas sejarah kelam reformasi 98. Diskusi tersebut membahas sebuah buku berjudul ‘Buku Hitam Prabowo Subianto : Sejarah Kelam Reformasi 98’.
Sejumlah aktivis yang mengatasnamakan diri dari Jombang Menggungat ini menghadirkan beberapa aktivis untuk berdiskusi soal sejarah kelam reformasi 98. Inisiator Jombang Menggugat Syahrozi saat dikonfirmasi pada, Kamis (18/1/2024) mengatakan masyarakat perlu mengetahui adanya keberadaan buku tersebut.
Terlebih, generasi milenial, Gen Z yang disebut harus mengetahui adanya buki perihal catatan sejarah 98 tersebut. “Kegiatannya itu digelar pada hari Selasa (16/1/2024) kemarin di Warkop Lakabudi Kabupaten Jombang,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa buku yang menjadi bahan diskusi tersebut diyakininya bisa membuat masyarakat melek pada sejarah kelam masa lalu.
“Jadi Buku Hitam ini bisa jadi pembuka cakrawala, khususnya bagi generasi muda saat ini untuk memilih pemimpin. Bahwa memilih pemimpin itu penting harus dilihat rekam jejaknya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, dalam situasi saat ini, banyak sekali informasi terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mencederai demokrasi. Mulai dari Konstitusi yang ditabrak untuk melenggangkan kekuasaan.
Dalam diskusi tersebut, pihaknya juga mengajak bener aktivis Jombang sebagai narasumber, diantaranya Sadat Al-Mahiri, Joko Fattah Rochim sebagai Ketua Forum Rembug Masyarakat Jombang (FRMJ) serta Muhammad Sutisna selalu Akademisi.
Lebih lanjut, dari sudut pandang beberapa aktivis yang diterima oleh media ini, menyebut bahwa ada otoritarianisme yang diwariskan. Menurut Sadat Al-Mahiri, selaku Aktivis Jombang, buku hitam tersebut banyak menjelaskan mengenai peristiwa orde baru.
“Mahasiswa mendapatkan mandat sebagai Agent of Change dan agent intelektual. Sesuatu yang ideal harus diperjuangkan bersama, terutama juga oleh mahasiswa. Empar pilar visi Indonesia 2045 yakni SDM pembangunan, ketahanan ekonomi, ketahanan nasional,” ucapnya.
“Dalam buku hitam ini, sudah banyak dijelaskan mengenai peristiwa orde baru. Prabowo saat ini mempunyai kekuatan diantaranya dengan adanya dinasti presiden Jokowi, serta gelombang besar rezim otoritarianisme yang diwariskan,” ungkapnya melanjutkan.
Sementara itu, menurut Muhammad Sutisna, ia mengatakan bahwa kemunduran demokrasi tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga terjadi di Asia Tenggara.
“Yakni mulai menyuarakan kekuasaan politik keluarga. Strategi yang dipakai salah satu paslon saat ini seperti strategi dari presiden Filipina yakni dengan menggunakan isu dan gimmick-gimmick nya,” jelasnya.
“Buku hitam prabowo ini mengulang juga mengenai kekejaman zaman orde baru.
Saat ini banyak kejadian pilpres yg jauh berbeda dari pilpres sebelumnya. Adanya ketakutan, kecemasan untuk bersuara menandakan orde baru kembali muncul.
Gunakan akal nurani untuk memilih pemimpin kita. Pemimpin yg memiliki rekam jejak yg buruk, tangan yg masih berlumuran darah saya yakin gusti Allah tidak meridhoi kepemimpinannya,” katanya jelas.
Sedangkan, menurut Joko Fattah Rochim, ia malah lebih jelas menyebut bahwa salah satu paslon capres memang telah dididik keras pada saat itu menjadi jendral kopasus.
“Beliau memiliki sifat tempramental yang tinggi Visi misinya saat ini hanya mendompleng Presiden Jokowi, tidak ada visi-misi yang jelas. Kemudian wakilnya bisa berbuat apapun karena dia anak presiden bukan karena dia anak Jokowi. Generasi Z harus melek politik, harus memahami betul visi dan misi yg diusung setiap paslon capres cawapres,” tukasnya menambahi.