Pilkada Jombang 2024, Akademisi Sebut Menimbang Latar Belakang Sangat Penting

foto : Wakil Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Mujianto Solichin. (Anggit Pujie Widodo)
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Jombang sebentar lagi. Akademisi Jombang ini sebut latar belakang calon juga harus diperhatikan sebagai bahan pertimbangan masyarakat memilih pemimpin.

Menurut Wakil Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Mujianto Solichin, latar belakang calon pemimpin bisa menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk memilih calon pemimpin Kota Santri untuk lima tahun kedepan.

Baca Juga

Menurutnya, Pilkada merupakan gambaran kecil dari model kepemimpinan warga di desa, kecamatan, kabupaten sampai Pilpres. Sehingga, idealnya untuk memilih pemimpin adalah melihat dari semua segi.

“Baik dari segi pendidikan, dukungan massa, terus yang paling penting bisa mewujudkan impian dan harapan masyarakat,” ucapnya saat dikonfirmasi di Kampus Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang pada, Sabtu (18/5/2024).

Muji menjelaskan, yang sering dilupakan saat perhelatan Pilkada adalah jarang ada yang melihat sosok calon dari segi akademik. Padahal, menurutnya point tersebut sangat diperlukan.

Selian latar belakang akademik, calon pemimpin juga bisa dinilai dengan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya, baik pernah memimpin organisasi atau pernah jadi anggota DPRD, lembaga profit maupun non profit.

“Ada beberapa faktor penunjang untuk menjadi calon bupati yang unggul, dimana pemimpin harus melihat kondisi masyarakatnya. Misalkan jika di Jombang masyarakatnya terbagi menjadi dua, masyarakat akademisi, santri dan ada masyarakat abangan,” ungkapnya.

Ia menjabarkan, yang dimaksud masyarakat abangan ini diwakili oleh kaum petani, perkebunan dan mereka yang  bekerja sebagai buruh. Lalu masyarakat akademisi santri diwakili oleh seperti para ustadz, guru, serta pengelola pendidikan.

Dari dua dua kelompok masyarakat ini, dukungan setiap perhelatan Pilkada kepada salah satu calon selalu mengerucut kepada masing-masing organisasi tersebut. Karena jelas berasal dari akar rumput sampai ke atas akan memilih pemimpin yang bisa membawa aspirasi masyarakat.

“Butuh pemimpin yang mampu mengelaborasi, menyatukan. Sejak dulu memang dua kelompok masyarakat ini identik tidak bisa bersatu. Namun, jika ada pemimpin yang bisa menggandeng semua itu bakal lebih baik,” jelasnya.

Sehingga, ia menyarankan jika nantinya ada calon bupati ataupun wakil yang muncul dari kalangan para santri, baiknya membuka komunikasi dengan kelompok masyarakat lain dan menyerap semua aspirasinya.

Dari beberapa nama yang sudah muncul ke permukaan, seperti Mantan Wakil Bupati Jombang, Sumrambah, Kepala Desa (Kades) Mojokrapak, Warsubi yang digadang-gadang calon terkuat serta calon lain, ia melihat sosok dengan latar belakang bisa mengelaborasi semua kalangan ada di Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans.

“Dari sisi pengalaman, pendidikan tentu mendukung karena ada latar belakang pendidikan politik juga. Kalau saya melihat  beliau juga masih memimpin pesantren aktif di media juga di dunia pertelevisian. Dilihat dari track record, memang Gus Hans punya lebih banyak pengalaman diluar kota Jombang dan aktif di Partai Politik (Parpol),” ungkapnya menambahkan.

Sejauh ini ia melihat latar belakang Gus Hans memang dapat mengelaborasi dua kelompok masyarakat ini. Sebagai akademisi, baginya Gus Hans juga patut diperhitungkan. “Punya latar belakang pesantren dan politisi juga,” katanya melanjutkan.

Jika melihat dari latar belakang tipologi masyarakat Jombang menurutnya Gus Hans sudah sangat tepat, namun tetap tidak mengkerdilkan sosol lainnya.

“Tinggal bagaimana masyarakat melihat dan apa visi misi yang nantinya akan diberikan terutama menyentuh kelompok masyarakat yang sudah saya sampaikan di atas,” ujarnya.

Ia berharap nantinya, semua calon pemimpin di Jombang memiliki satu program yang menyentuh langsung ke masyarakat. karena jika melihat Jombang secara luas masih banyak daerah yang fasilitas publiknya belum begitu baik.

“Juga kenapa tidak membuat program seperti bidan desa yang diperbanyak, tempat pembelajaran untuk anak-anak atau bimbingan belajar di desa khususnya di pedalaman. Dua sektor ini harusnya menjadi perhatian,” pungkas Mujianto.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait