JOMBANG (kabarjombang.com) – Ketua Student Crisis Center (SCC) Kabupaten Jombang, Ahmad Choirul mengaku prihatin dengan fenomena menjamurnya ritel warlaba seperti Indomaret dan Alfamart di Kabupaten Jombang. Tak hanya di kota, keberadaan ritel ini sudah mencengkram kawasan pedesaan di kota santri ini.
Fantastisnya, disamping selalu terletak berdekatan, keberadaan kedua ritel waralaba tersebut bisa dipastikan hanya berjarak sekitar 500 meter untuk menjumpai kedua ritel ini berikutnya. Kondisi ini, menurut Choirul, sangat berpotensi mematikan usaha kecil, dan menengah.
“Kami sangat prihatin dengan menjamurnya minimarket hingga ke pedesaan. Hal itu dapat melumpuhkan, bahkan mematikan usaha masyarakat kecil yang belum mampu bersaing,” tegasnya kepada KabarJombang.com di Aula PCNU Jombang, Minggu (18/10/2015).
Choirul mempertanyakan peran Pemkab Jombang dalam melindungi ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Seolah-olah, lanjutnya, pengusaha ritel waralaba tersebut sangat mudah mengantongi izin pendirian toko modern (swalayan, minimarket). Ironisnya lagi, sepertinya tidak ada aturan terkait batasan zona dan jumlah unitnya.
“Dengan kondisi ini, sepertinya pemerintah sudah tidak memihak kepada rakyat kecil,” katanya.
Dikatakannya, toko modern memiliki konsep penjualan yang lebih tertata dan harga jual lebih murah, atau setara dengan harga distributor. Kondisi inilah, toko kelontong atau toko milik rakyat menengah kebawah bakal kalah bersaing.
“Toko ritel waralaba itu mampu menyedot daya beli konsumen melalui konsep perdagangan modern. Bisa dipastikan, toko kelontong akan kalah bersaing. Tapi, beda cerita jika Pemkab dan DPRD Jombang mengkaji lebih mendalam terkait fenomena ini,” papar mahasiswa Undar Jombang ini.
Ditegaskannya, ia bakal mendesak DPRD dan Pemkab Jombang untuk mengkaji ulang dan mengatur kembali terkait perizinan toko modern, zona dan jumlah unitnya. Agar perekonomian masyarakat menengah kebawah terlindungi. (khoirul)