JOMBANG, KabarJombang.com – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur (Jatim), menyatakan telah menerima tiga nama Pasangan Calon (Paslon) yang akan bertarung dalam Pemilihan Kepala Daerah di Jatim. Dari nama-nama tersebut, terdapat dua di antaranya yang berasal dari Kabupaten Jombang.
Diketahui, nama-nama paslon yang telah mendaftar sebagai calon Gubernur (Cagub) dan calon Wakil Gubernur (Cawagub)di KPU Jatim per Kamis (29/8/2024) pukul 23.59 WIB, adalah sebagai berikut.
Khofifah Indar Parawansa berpasangan dengan Emil Elestianto Dardak, Tri Rismaharini berpasangan dengan KH Zahrul Azhar Asad, dan Luluk Nur Hamidah berpasangan dengan Lukmanul Hakim.
Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh KabarJombang.com, terdapat dua nama Cagub dan Cawagub yang berasal dari Kabupaten Jombang. Diantaranya, KH Zahrul Azhar Asad (Gus Hans) dan juga Luluk Nur Hamidah.
Gus Hans merupakan tokoh di kalangan pondok pesantren yang lahir di Jombang, pada 23 Maret 1976. Ia merupakan putra terakhir dari 8 bersaudara dari pasangan alm. KH As’ad Umar dan alm. Hj Azah As’ad, yang merupakan salah satu dari pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang.
Kemudian Luluk Nur Hamidah, Ia juga merupakan putri asli kelahiran Kabupaten Jombang. Ia lahir pada 25 Juni 1971 yang lalu. Tercatat ia merupakan politikus dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Luluk, juga merupakan anggota DPR RI Komisi IV pada periode 2019-2024.
Dari kedua putra – putri asli Kota Santri tersebut, mereka akan bertarung dalam merebutkan kursi singgasana Gedung Negara Grahadi. Di dalam sebuah kontestasi Pilkada di Jawa Timur, yang dikenal dengan sebutan pertarungan antar Srikandi.
Yang menarik lagi, dari ketiga nama paslon tersebut, mereka semua sebelumnya pernah menjadi satu bagian dari Cagub petahana Khofifah Indar Parawansa.
Seperti Gus Hans, sebelumnya diketahui pernah menjadi juru bicara dari Khofifah. Kemudian Luluk, walupun tidak sedekat hubungan antara Gus Hans dan Khofifah, namun Luluk diketahui sangat dekat hubunganya dengan Muslimat, yang ketua umumnya merupakan Khofifah.
Pilkada Jawa Timur, menurut sebagian pengamat politik, juga tidak kalah menariknya dengan Pilkada di Jakarta. Mayoritas mereka saling merebutkan suara dari kalangan Nahdliyyin.
Berdasarkan kutipan dari salah satu media online, pengamat politik Universitas Brawijaya Prof Anang Sujoko mengatakan, bahwa representasi Nahdliyin, dan Muslimat, itu masih menjadi sebuah area untuk berkompetisi di antara mereka bertiga.
“Di sini kita melihat bahwa representasi Nahdliyin, Muslimat, itu menjadi sebuah area untuk berkompetisi di antara mereka bertiga,” ujarnya.