JOMBANG, (kabarjombang.com) – Guna menekan angka kematian ibu (AKI) saat melahirkan dan angka kematian bayi (AKB) saat lahir. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang menggelar sosialisasi Pendampingan Ibu Hamil (Bumil) Resiko Tinggi (Risti), di gedung pertemuan UPT Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Jombang, Kamis (7/4/2016).
Pendampingan Bumil Risti di Kota Santri ini terus digalakkan Pemkab Jombang dengan melibatkan petugas Promkes, Bidan Desa dan Kader Kesehatan.
Dalam sosialiasi ini, narasumber dr Ninis Herlina dari Dinkes Provinsi menyampaikan materi tentang Pendampingan Ibu Hamil Risiko Tinggi oleh kader. Dan Ida Nikmatul Ulfa SPd MKes Kasi Kesehatan Keluarga (Kesga) dari Dinkes Jombang menyampaikan materi tentang Deteksi Risti Bumil oleh Kader, dengan Kartu Skor Puji Rohjati.
Kasi Promosi Kesehatan (Promkes) Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, Ashari SKM MKP menjelaskan, upaya ini dilakukan dalam rangka agar ibu hamil dapat melahirkan dengan selamat dan bayi yang terlahir dengan selamat dan difasilitasi kesehatan yang tersedia.
Ashari mengatakan, pada tahun 2015 telah dilakukan pendampingan Bumil Risti dari APBD Tingkat 1 yang meliputi 10 Puskesmas, yakni Bandar Kedungmulyo, Cukir, Kabuh, Jarak Kulon, Kesamben, Ngoro, Megaluh, Mojowarno, Perak dan Pulo Lor. Ada sekitar 100 kader yang mendampingi 188 ibu hamil risti dari 6750 ibu hamil yang ada di 10 Puskesmas. “Ternyata dari 188 ibu hamil yang didampingi, angka kematian ibu dan bayi nihil,” katanya.
Ketua TP PKK Kabupaten Jombang, Hj Tjaturina Wihandoko MM mengapresiasi kinerja para pendamping Bumil Risti. Pada tahun 2016, kata Hj Tjarurina, juga akan dilakukan pendampingan dari Dana Bantuan Khusus (BK) untuk 10 Puskesmas diantaranya Peterongan, Mayangan, Tambakrejo, Jabon, Pulorejo, Jatiwates, Tapen, Tembelang, Dukuh Klopo dan Bareng). Dan kegiatannya dilakukan selama 10 bulan. Satu orang kader akan mendampingi satu orang ibu hamil resiko sejak semester pertama.
“Ini dilakukan guna menekan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Jombang. Saya berharap AKI dan AKB di Kabupaten Jombang dapat ditekan dan kalau bisa zero,” kata istri Bupati Jombang Nyono Suharli.
Hingga April 2016, AKI di Kabupaten Jombang sebanyak 3 orang dan 34 AKB. Pemkab Jombang telah melakukan berbagai langkah dan upaya untuk menekan AKI dan AKB dengan meluncurkan Mobil Siaga Desa (MSD) guna mengoptimalkan pelayananan kepada masyarakat bidang kesehatan.
Selain itu, dengan meluncurkan program SMS Bunda, juga program Mancare, dan Gebrak. Hal itu untuk pemenuhan informasi penting kepadda masyarakat tentang kesehatan ibu hamil dan anak. “Hal ini diharapkan tersampaikan dengan baik. Deteksi cepat dan pendampingan ibu hamil dengan resiko tinggi ini harus dilakukan oleh para kader, bidan, penyuluh kesehatan. Bumil yang memiliki resiko tinggi juga mendapatkan pendampingan langsung. Ibu hamil harus mendapatkan informasi dan edukasi tentang kehamilan dan nifas,” kata Bunda motivator Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ini.
Bunda ASI Kabupaten Jombang ini juga mengingatkan pentingnya Inisasi Menyusui Dini dan pemberian ASI eksklusif. Pihaknya berharap para kader bekerja dengan baik, tulus ikhlas dengan niatan ibadah. “Mari kita lakukan gerakan bersama amankan kehamilan (Gebrak) dan pendampingan ibu hamil risiko tinggi dengan tulus ikhlas,” tandasnya.
Pihaknya yakin dengan bekerja bersama-sama untuk mencapai zero AKI dan AKB di Kota Santri menjadi mungkin. Keterlibatan PKK atau kader masyarakat menjadi sangat penting dalam pendampingan dimana satu kader mendampingi satu ibu hamil risiko tinggi sejak hamil hingga 40 hari setelah melahirkan. Selain itu, program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), serta secara aktif memberikan informasi terhadap orang tua agar mencegah pernikahan dini di kalangan remaja juga penting untuk dilakukan. (hms)