PETERONGAN, KabarJombang.com – Pasca ambruknya atap ruangan SDN Dukuhklopo, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, pada Minggu (10/11/2019) lalu, hingga kini belum ada penanganan serius dari Pemkab Jombang.
Bupati Jombang dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat hanya melakukan kunjungan di SDN Dukuhklopo.
Pantauan KabarJombang.com (Kelompok FaktualMedia) di lokasi, selain ruang kelas 1 SDN Dukuhklopo yang ambruk, rupanya banyak bangunan lain yang kondisinya mengkhawatirkan. Sepantasnya, sudah tak laik pakai. Selain gawang pintu dan jendela yang keropos, juga bagian atap ruangan lain sudah mulai keropos.
Ismono, salah satu guru SDN Dukuhklopo menyebut, sejak dirinya bertugas di sekolah dasar ini, yakni 1987, belum ada sentuhan rehab berat di SDN Dukuhklopo. Selama ini, katanya, hanya sebatas rehab ringan.
“Setiap tahun, kami sudah mengajukan pembangunan atau rehab berat. Tapi nggak ada respon. Pernah sekali, hanya difoto-foto saja. Juga tidak ada kelanjutannya,” kata Ismono.
Ismono mengaku tidak tahu kapan bangunan SDN tersebut mulai berdiri. Dia hanya ingat, jika SDN di Dukuhklopo semula ada tiga, yakni SDN 1, 2 dan 3. Kemudian, ketiga SDN tersebut digabung menjadi satu. Hingga tahun 1987, ia bertugas mengajar di sana.
“Soal bangunan lain selain yang atapnya sudah ambruk, ada tiga ruang kelas lain yang kondisinya cukup mengkhawatirkan. Mulai gawang pintu, jendela yang keropos, Juga kayu atapnya sudah lapuk,” ungkapnya.
Dirinya berharap, kondisi seperti ini cepat mendapat perhatian Pemkab Jombang. Agar proses kegiatan belajar mengajar berjalan aman, dan nyaman.
“Untung saja, ambruknya atap ruang kelas yang itu, pada hari Minggu, di saat murid-murid libur. Bayangkan, jika terjadi di hari aktif. Kan bisa berakibat fatal,” ungkapnya, Selasa (12/11/2019).
Sementara Ike, salah satu wali murid kelas 2 mengaku prihatin atas kejadian ambruknya atap ruang kelas di tempat anaknya sekolah. Ia pun mengungkapkan kekecewaannya, lantaran pengajuan rehab berkali-kali SDN Dukuhklopo, tak kunjung direalisasi.
“Ya cukup mengganggun juga, karena proses belajar mengajar harus bergantian dengan kelas 1. Kami sebagai wali murid tentu khawatir dengan kondisi ini. Jika hendak jajan ke kantin, takut kejatuhan genting sisa bangunan yang ambruk. Kami harap Pemkab segera turun tangan agar kejadian ambruk itu tidak terulang,” kata Ike.
Terpisah, kepala SDN Dukuhklopo, Trimiati mengatakan, ambruknya atap SDN Dukuhklopo memang tak seheboh seperti kejadian ambruknya atap SDN Gentong, Kota Pasuruan, dan hingga masuk ke ranah hukum.
Meski begitu, pihaknya mengaku khawatir dengan kondisi bangunan lain, yang kondisinya cukup mengkhawatirkan.
Timiati menuturkan, sehari setelah atap ruangan tersebut roboh, SDN tersebut sempat dikunjungi Bupati Jombang Mundjidah Wahab dan kepala Dindikbud Agus Purnomo, tepatnya Senin (11/11/2019) kemarin.
Dalam kunjungan itu, lanjut Kasek, pihaknya diminta bersabar, karena realisasi pembangunan atau rehab di SDN Dukuhklopo, masih menunggu pengajuan anggaran.
“Harus menunggu pengajuan anggaran, bisa tahun 2021. Lebih cepat tahun 2020. Begitu katanya. Tapi apakah rehab berat atau dibangun total, kami belum tahu, karena belum ada pembahasan ke sana,” ungkap Trimiati.
Pihaknya juga mengatakan, proses belajar mengajar sudah berangsur normal. Kendati lesehan dan tempatnya berada di ruangan yang sebelumnya perpustakaan, serta di musala.
“Soal pengajuan rehab, kata guru di sini sudah sering melaporkan. Tapi katanya pak haris Diknas, suruh sabar dan menunggu. Sekarang yang perlu segera ditangani, yaitu bangunan yang berdempetan dengan bangunan yang atapnya ambruk itu. Karena juga rawan kalau tidak direhab. Ya, jaga-jaga agar tidak terjadi peristiwa itu lagi,” kata Trimiati.