JOMBANG, KabarJombang.com – Bertahan hidup dengan mempertahankan usahanya di masa pandemi, bukanlah menjadi hal yang mudah untuk dijalani. Salah satunya seperti yang dialami seorang kakek penjual buku bekas di Jombang ini.
Adalah Maskuri (65) salah satu penjual buku bekas di Jalan Buya Hamka, Kecamatan/Kabupaten Jombang. Usahanya yang telah digeluti sejak 1998 itu kini gulung tikar. Minimnya minat baca dan berkembangnya teknologi internet membuat penjualan buku bekas merosot tajam.
“Susah untuk bertahan dengan usaha menjual buku bekas ini, karena sudah tidak sama alamnya dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2019 yang lalu, tiap harinya masih ada dan banyak yang laris penjualan buku bekas ini. Namun sekarang sudah sangat sepi, kemungkinan minat baca orang sudah minim,” kata Maskuri kepada KabarJombang.com.
Kendati usahanya hampir gulung tikar, Maskuri tetap mengaku bersabar dan terus berusaha memasarkan buku bekasnya demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Alasannya tetap bertahan, lantaran memang dirinya sudah tidak bisa mencari pekerjaan lain. Hal itu disebabkan usianya yang sudah senja.
“Dulu pernah ingin pindah pekerjaan, tapi masih kurang biayanya. Karena saya masih punya anak dan cucu yang kebutuhannya harus saya penuhi terlebih dahulu. Sedangkan saat ini, usahanya saya tambah sepi dan usia saya bukan di usia muda lagi,” tuturnya.
Padahal, koleksi buku-buku yang sudah tersedia dalam lapaknya itu sudah dinilai lumayan lengkap. Mulai dari buku yang khusus untuk anak-anak, remaja, dan mahasiswa. Tak hanya itu, buku-buku yang dijualnya itu juga dibandrol dengan harga murah.
“Awalnya memang buku-buku ini terkumpul dari buku saya sendiri, karena dulu saya memang minat baca dan ingin membuka usaha untuk menumbuhkan wawasan orang-orang dengan murni dari membaca. Sampai saat ini Alhamdulillah sudah terkumpul sekitar kurang lebih 1.000. Lumayan sudah lengkap, hanya saja barang bekas,” jelasnya.
“Tidak ada harapan mas, hanya saja semoga bisa bertahan saja dengan berusaha dan berdoa. Kalau untuk harga jual buku-buku ini dijual mulai dari harga yang paling murah Rp 5 ribu, hingga paling mahal Rp 300 ribu rupiah. Saya harap saja usaha ini tidak sampai tutup atau bangkrut,” tukas Maskuri.