KABARJOMBANG.COM – Berhembusnya pendataan kepada para Kyai yang memiliki pondok pesantren (Ponpes) di Kabupaten Jombang oleh Polres Jombang, menuai kekhawatiran tersendiri di kalangan Pengasuh Ponpes di Kota Santri. Seperti yang disampaikan KH Muhamad Irfan Yusuf, Pengasuh Ponpes Al-Farros yang berada di Desa Cukir Kecamatan Diwek, Jumat (3/2/2017).
Menurut cucu Pendiri Nahdatul Ulama (NU) yang akrab disapa Gus Irfan ini, pihaknya mengkawatirkan pendataan tersebut. Pasalnya, seperti yang terjadi pada peristiwa G 30 S PKI. Dimana saat itu banyak para ulama dan tokoh masyarakat yang diculik. Sebab selama ini, pihaknya belum pernah di data seperti yang dilakukan saat ini.
“Selama 30 tahun, saya menunggu santri di pondok. Baru kali ini ada pendataan yang ditujukan kepada para kyai semacam ini. Mungkin hal tersebut yang menjadikan para Kyai khawatir,” ujar putra KH Yusuf Hasyim ini saat ditemui di kediamannya.
Kekhawatiran juga diungkapkan oleh rekan-rekannya yang juga pengasuh di kawasan Ponpes Tebuireng, Kecamatan Diwek Jombang. Gus Irfan menyebut, ada sekitar empat kyai pengasuh Ponpes yang memiliki kekawatiran yang sama.
Bukan tanpa alasan, adanya beberapa pertanyaan pendataan juga menuai tanda tanya tersendiri di kalangan para kyai di Kecamatan Diwek. “Ada beberapa pertanyaan yang aneh dalam lembaran pendataan yang diberikan. Termasuk salah satunya, siapa saja tamu yang hadir di Ponpes miliknya? Ini yang agak berbeda,” ungkap Gus Irfan yang juga Pengasuh Ponpes Tebuireng.
Sementara dikonfirmasi terkait pendataan itu, Kapolres Jombang AKBP Agung Marlianto membenarkan hal tersebut. Namun, pihaknya meyakini bahwa pendataan tersebut dilakukan murni untuk update potensi dan juga tokoh masyarakat yang ada di Kabupaten Jombang, bukan untuk keperluan lain.
Sebab, menurutnya, hampir semua kesatuan kepolisian daerah melakukan pendataan itu. “Setiap daerah kepolisian itu memiliki data di wilayahnya masing-masing. Dan ini dikumpulkan menjadi satu dan dijadikan buku untuk menjadi intel dasar,” ujar Kapolres saat ditemui di kantornya.
Selain itu, pihaknya juga menegaskan bahwa pendataan tersebut tidak berkaitan dengan peristiwa apapun. “Kita pastikan pendataan itu murni untuk menjadi buku intel dasar. Dan tidak ada kaitannya dengan hal apapun. Sebab pendataan ini dilakukan setiap tahun sekali,” terangnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga memastikan bahwa tidak akan ada indikasi ke arah intoleran yang akan masuk ke wilayah hukumnya.
Meski begitu, pihaknya mengakui kesalahan teknis yang dilakukan anggotanya dalam melakukan pendataan kepada para tokoh masyarakat. “Mungkin teknisnya saja yang salah. Jadi atas nama pimpinan tertinggi Kepolisian Jombang, saya meminta maaf jika ada para Kyai yang kurang berkenaan dengan adanya pendataan tersebut,” pungkas Agung. (aan)