JOMBANG, KabarJombang.com – Memiliki karier moncer di panggung perpolitikan nasional, tak membuat KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah gelap mata. Disaat puncak masa keemasaannya, Gus Sholah malah memilih pulang kampung. Ia lebih terpanggil untuk memimpin pesantren yang didirikan mendiang kakeknya, KH Hasyim Asyari.
Sejak tahun 2006 silam, Gus Sholah mencatatkan dirinya sebagai pengasuh ke tujuh sejak generasi sang kakek, KH Hasyim Asyari. Kiai Hasyim sendiri tercatat memimpin Tebuireng pada periode 1899-1947. Gus Sholah diketahui menggantikan pamannya KH Yusuf Hasyim atau Pak Ud.
Tepat pada 13 April 2006, adik kandung KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini mulai aktif di pesantren Tebu Ireng. Dalam keseharian, dia menghuni ‘dalem kasepuhan’ yang berada di samping Masjid Tebuireng. “Di bawah Gus Sholah, pesantren Tebuireng membangun cabang di sejumlah daerah. Di antaranya, di Pandeglang Banten, Indragiri Hilir Riau, Rejang Lebong Bengkulu. Total ada 15 cabang Tebuireng di Indonesia,” kata pengurus pesantren Tebuireng Jombang Teuku Azwani, Minggu (2/2/2020) kepada wartawan.
Gus Sholah, lahir di Jombang 11 September 1942. Dia merupakan putra ketiga dari enam bersaudara dari pasangan KH Wahid Hasyim dan Nyai Hj Sholihah. Gus Sholah menempuh pendidikan umum mulai dari SD Perwari Salemba, SMP Negeri 1 Cikini, kemudian SMA Negeri 1 Budi Utomo hingga menamatkan kuliahnya di jurusan Arsitek ITB (Institut Teknologi Bandung).
Diusianya yang menginjak 78 tahun, Gus Sholah tutup usia. Gus Sholah meninggal di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, minggu (2/2/2020) tepat pukul 20.55 WIB. Prosesi pemakaman sendiri dijadwalkan hari senin (3/2/2020) sekitar pukul 16.00 WIB. Gus Sholah rencananya dimakamkan bersandingan dengan makam kakak kandungnya, Gus Dur.