JOMBANG, KabarJombang.com – Kota santri melekat sebagai salah satu julukan Kabupaten Jombang. Hal itu bukanlah sebuah kebetulan. Melainkan di kabupaten yang punya luas 1,159 kilometer persegi itu, memang gudangnya pesantren.
Dari data Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Jombang tahun 2022, mencatat ada 203 pondok pesantren yang berdiri di Jombang.
“Dari data yang kami catat ada sekitar 203 ponpes di Jombang, itu yang resmi tercatat di kami,” ucap Ilham Rohim, Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Jombang pada wartawan, Senin (8/8/2022).
Dari 203 Ponpes yang secara resmi tercatat di Kemenag, tersebar ke 19 kecamatan. Terbanyak berada di Kecamatan Jombang, diikuti Kecamatan Diwek.
Dari data Kemenag Jombang, tercatat ada 203 pesantren diantaranya tersebar di Kecamatan Bandarkedungmulyo 3 Ponpes, Perak 7 Ponpes, Gudo 1 Ponpes, Diwek 51 Ponpes, Ngoro 8 Ponpes.
Kemudian di Kecamatan Mojowarno 11 Ponpes, Bareng 6 Ponpes, Wonosalam 2 Ponpes, Mojoagung 8 Ponpes, Sumobito 1 Ponpes, Jogoroto 11 Ponpes, Peterongan 18 Ponpes, Jombang 56 Ponpes, Megaluh 1 Ponpes, Tembelang 5 Ponpes, Kesamben 5 Ponpes, Ploso 5 Ponpes, Plandaan 2 Ponpes, Ngusikan 1 Ponpes.
Menurutnya, berdirinya pondok pesantren merupakan salah satu cara untuk menyebarkan dan mengajarkan Agama Islam di Indonesia, lewat sebuah lembaga yang kemudian dinamakan Pesantren.
Peran Pesantren dalam turut menyebarkan Agama Islam tidak perlu diragukan lagi. Banyak ulama besar nan berpengaruh lahir dari rahim pesantren, bahkan Wakil Presiden Republik Indonesia, KH Ma’ruf Amin merupakan seorang santri.
Mengutip dalam buku Atlas Wali Songo karya Agus Sunyoto, pesantren merupakan hasil Islamisasi sistem pendidikan lokal yang berasal dari masa Hindu-Budha di Nusantara. Saat itu, lembaga pendidikan lokal berupa padepokan dan dukuh banyak didirikan untuk mendidik para cantrik.
Sementara itu, cikal bakal lahirnya pondok pesantren, diduga ketika Raden Rahmat atau lebih dikenal dengan Sunan Ampel, mendirikan sebuah padepokan di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Meskipun pada saat itu belum disebut pesantren seperti sekarang ini.
Namun, pada waktu tetap bisa dikatakan jika yang dilakukan Sunan Ampel menjadi peletak dasar-dasar pendidikan pesantren di Indonesia.
Disanalah kemudian, santri-santri yang telah belajar dan cukup ilmu di padepokan Sunan Ampel, kemudian satu per satu pulang ke daerahnya masing-masing dan mengamalkan ilmunya di sana.
Para murid Sunan Ampel tersebut, mendirikan padepokan seperti apa yang telah mereka dapatkan di Padepokan Ampel. Ulama-ulama besar banyak yang lahir dari padepokan-padepokan tersebut.(Anggit)