JOMBANG, KabarJombang.com – Sempat ditanggapi penerapannya kurang maksimal, program Madrasah Diniyah (Madin) di Kabupaten Jombang yang merupakan salah satu program unggulan duet Bupati Mundjidah – Wabup Sumrambah (Mu-Rah), masih diharapkan berjalan.
Harapan ini diungkapkan Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jombang, Agus Suryo Handoko. Ia mengatakan, program tersebut diharapkan terus berlanjut di kepemimpinan berikutnya.
Menurutnya, muatan lokal pendidikan diniyah yang merupakan salah satu program pemerintah Kabupaten yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati (Perbup). Dengan begitu, kata Agus Suryo, siapapun nanti bupatinya, tentu akan mengacu pada peraturan tersebut.
Namun, jika nanti muncul kebijakan baru, maka Perbup yang harus disesuaikan. Dan sepanjang tidak ada perubahan, maka program pendidikan Madin tetap jalan.
“Pendidikan diniyah ini kan selaras dengan kondisi Jombang. Khalayak umum mengenal Jombang ini sebagai Kota Santri,” ujar Agus kepada KabarJombang.com, saat ditemui di ruangannya, Selasa (6/10/2020).
Selain itu, Agus Suryo mengatakan, saat ini pendidikan diniyah di sekolah-sekolah, tetap berjalan. Namun, melalui sistem daring ataupun luring karena pandemi Covid-19.
“Dari sisi serapan siswa, pendidikan diniyah dengan sistem daring ini memang tidak seperti saat bertatap muka. Dan memang ketika anak belum bisa baca Iqra’ sama sekali, sistem daring ini akan menjadi susah,” paparnya.
Ia mengatakan, guru-guru di sekolah berkomunikasi secara aktif kepada orangtua. Seperti, materi apa saja yang diajarkan setiap harinya. Karena, tanpa adanya komunikasi dari orangtua dikhawatirkan ada siswa yang tidak mengerjakan dan orangtua tidak mengetahui.
“Komunikasi ini antara orangtua dengan sekolah menggunakan group medsos WhatsApp. Ini intens dilakukan dan untuk prosesnya ini dibawa pengawasan pembina dari Disdikbud. Jadi setiap saat pembina itu memantau ke kepala sekolah. Lalu Kepsek memantau guru. Selanjutnya, guru dengan siswa dan orangtua,” ungkap Agus Suryo.
Agus menjelaskan status pengajar Madiun berdasarkan Perbup. Yakni, berstatus bukan guru, namun pembimbing, yang bekerja sesuai Surat Penugasan dari Kepala Disdikbud. Bukan dengan Surat Keputusan.
“Ya semoga dengan kepemimpinan Bupati berikutnya program yang merupakan ciri khas Kabupaten Jombang ini tetap bisa berjalan. Karena menurut kami, di dunia pendidikan, Madin itu penting. Syukur-syukur nanti ada perhatian khusus kepada para pembimbing,” paparnya.
Dikatakannya, program pendidikan diniyah tersebut merupakan penerjemahan dari visi misi Bupati. Disamping itu, sebagai salah satu penyalur pondasi karakter kepada peserta didik dalam hal keagamaan, meskipun tidak sekompleks di Pondok Pesantren.
Diakuinya, program madin kurang maksimal dalam situasi Covid-19 seperti saat ini. Menurutnya, tidak jauh berbeda dengan pelajaran umum yang diterima siswa.
Ia juga menyinggung perihal pembentukan pembimbing Madin. Di mana, pembimbing dibentuk setelah dibentuknya kurikulum yang melibatkan berbagai pihak, seperti tim MGMP PAI dan praktisi dari berbagai Ponpes.
“Karena kurikulum yang disiapkan dulu, setelah itu baru seleksi pembimbingnya yang berdasarkan kompetensi yang ada pada kurikulum. Kalau kurikum belum ada arahnya mau dibawa kemana, dan kita mencari pembimbing yang memiliki kompetensi sesuai dengan materi yang ada,” bebernya.
Ia berharap para pembimbing bisa memilih dan memilah materi mana yang bisa disajikan melalui daring atau luring. Selain itu, dengan adanya pendidikan diniyah yang masuk pada pembelajaran ini, juga bisa memotivasi anak untuk bisa berusaha membaca Iqra’ maupun AlQuran.
Baca Sebelumnya: Dua Tahun Duet Mu-Rah, Penerapan Program Madin Dinilai Kurang Maksimal di Jombang