Cerita Guru di SDN Pojok Klitih Jombang, Jatuh Bangun Lewati Jalan Curam Demi Sampai Sekolah

foto : murid di sekolah SDN Pojok klitih dusun Rapah Omboh Jombang. (Anggit Pujie Widodo)
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Fasilitas umum di Kabupaten Jombang belum sepenuhnya merata. Seperti contohnya akses jalan menuju SDN Pojok Klitih II yang berada di Dusun Rapah Omboh, Desa Klitih, Kecamatan Plandaan, Jombang.

Dari pantauan KabarJombang.com, akses jalan menuju SDN Pojok Klitih ini cenderung esktrim. Jarak tempuh yang harus dilalui untuk sampai di lokasi pun memakan waktu sekitar satu jam lebih.

Baca Juga

Kondisi jalan yang bisa dibilang belum sama sekali merata ini pun, menjadi akses utama warga sekitar untuk beraktivitas. Jalan masih dalam kondisi penuh bebatuan kecil, besar dan pasir.

Di bagian kanan dan kiri sudah terlihat hutan yang menyelimuti area sekitar. Kondisi jalan penuh bebatuan dan pasir ini yang membuat perjalanan menuju lokasi SDN memakan waktu.

Karmun, Kepala Sekolah SDN Pojokklitih II mengatakan bahwa memang sudah sejak dulu kondisi jalan menuju Dusun Rapah Omboh tempat lokasi SDN tempatnya mengajar itu berdiri tidak merata.

“Memang kondisi jalannya disana sudah sejak dulu seperti itu. Bahkan jarak tempuh dari rumah saya di Kecamatan Plandaan ke lokasi kalau cuaca kemarau bisa cepat, sekitar satu jam,” ucapnya, Selasa (21/11/2023).

Lebih lanjut, ia mengatakan, jika musim kemarau jarak tempuh menuju sekolah memang cenderung bisa lebih cepat karena medan jalan yang kering. Namun, berbeda jika sudah masuk musim penghujan.

Ia menuturkan, jika sudah masuk musim penghujan, kondisi jalan akan cenderung basah dan berlumpur. Itu karena kondisi jalan yang didominasi oleh pasir dan bebatuan.

“Kalau musim penghujan, itu malah lebih lama, sampai di sekolah lebih lama, bisa sampai satu jam lebih. Itu karena faktor jalan yang di lewati jika musim hujan lebih ekstrim dan tajam, belum lagi jatuh bangunnya itu. Jadi kalau dari rumah baju itu rapih, sampai di sekolah sudah terlihat kotor,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa hal seperti itu sudah biasa ia lakukan. Bukan hanya dia, guru yang mengajar di sekolah pun juga telah terbiasanya melewati situasi seperti itu.

“Jadi memang sudah terbiasa dengan situasi seperti itu. Bahkan kalau pakai sepeda motor biasa itu sangat sulit, jadi minimal ban motornya harus pakai ban motor drill supaya kalau di jalan itu di tergelincir karena ban motor drill memang untuk medan yang curam,” jelasnya.

Sementara itu, ditanya perihal murid di sekolah, Karmun mengatakan bahwa total murid di sekolah ini berjumlah 16 orang. Itu semua sudah jumlah keseluruhan murid dari kelas 1 sampai dengan kelas 6.

“Jumlah siswa keseluruhan jumlahnya 16 murid. Jadi untuk kelas 1 ada muridnya, kelas 2 kosong, kelas 3 ada muridnya, kelas 4 ada, kelas 5 kosong dan kelas 6 ada muridnya,” katanya.

“Untuk kendalanya dalam mencari siswa di sekolah ini karena dari TK nya memang sudah tidak ada siswanya,” ujarnya melanjutkan.

Hal itu, menurutnya juga selaras dengan kondisi kehidupan di masyarakat Dusun Rapah Omboh.

“Biasnya, di daerah sini, dari keluarganya kalau ada satu keluarga yang memang mau hamil lagi itu harus dipikir-pikir lagi. Karena memang, biasanya kalau sudah hamil umur 8 bulan itu harus turun gunung. Kalau tidak turun medannya terlalu sulit, karena medan disini ekstrim. Kalau beberapa waktu lalu pas ada yang sakit di musim penghujan itu ditandu,” pungkasnya.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait