JOMBANG, KabarJombang.com – Adanya pengadaan barang dan jasa berupa POC (Pupuk Organik Cair) senilai Rp 4,6 miliar untuk sebanyak 50.000 liter oleh Dinas Pertanian (Disperta) Jombang, memantik reaksi dari berbagai pihak.
Sebagaimana pernah dikatakan Kadisperta Jombang, Priadi, bahwa POC tersebut digunakan untuk meningkatkan kandungan Bahan Organik (BO) sesuai dengan ketentuan. Yakni sebesar tiga sampai lima persen dengan memberikan pada Gapoktan atau Poktan sebesar 5 liter per hektare.
Menanggapi hal tersebut, Dekan Faperta Undar Jombang, M Safwan, mengatakan, bahwa POC memiliki kegunaan untuk meningkatkan kesuburan tanaman.
Adapula untuk mendapatkan kesuburan dari tanah menggunakan POG (Pupuk Organik Granoel), dikatakan, bahwa POC bisa melalui tanah, akan tetapi lebih efektif melalui daun, karena akan diserap tanaman melalui stomata, dan penyemprotan dilakukan ketika tanaman melakukan fotosintesis, dengan rata-rata umur 35 hari untuk menambah nutrisi.
“Jika untuk kesuburan tanah harus menambah unsur hara tanah. Baru bisa meningkatkan kesuburan tanah kalau hanya POC kurang maksimal. Karena POC diserap tanaman. POC kalau diaplikasikan ke tanah bukan namanya POC,” ungkapnya pada KabarJombang.com, Kamis (5/11/2020) lalu.
Menurut M. Safwan, bahwa meningkatkan kesuburan tanah bukan POC. Namun yang lebih efektif adalah Pupuk Organik Granole (POG).
Lebih lanjut, menurutnya kandungan POC sangat bervariasi bahkan semua orang bisa membuat sendiri, tetapi harus disesuaikan berapa PH nya, berapa nutrisi yang dibutuhkan untuk tanaman. Namun jika dibuat tak sesuai akan membuat hal yang percuma jika diberikan.
Dijelaskan, kondisi BO tanah di Jombang, memang parah yakni dibawah 2 persen akibat penggunaan pupuk kimia serta pemanfaatan pupuk tanpa diawasi dengan baik. Sehingga pemanfaatan pupuk justru dapat merusak tanah.
“POC yang akan digelontorkan itu mudah-mudahan sudah diperhitungkan sisi manfaatnya dengan anggaran yang fantastis itu,” ucapnya.
Dekan Faperta Undar itu menjelaskan, banyak cara untuk meningkatkan kesuburan tanah, salah satunya dengan memanfaatkan sisa limbah pertanian (damen) diolah dan dikembalikan tanah.
Untuk meningkatkan kandungan BO dalam tanah menurutnya tak hanya membutuhkan waktu satu bulan dua bulan saja melainkan waktu yang panjang.
Formula POC yang terbaik menurut M. Safwan, yakni memiliki kandungan 16 unsur untuk fotosintesis. Kemudian ketentuan regulasi dari kementriam pertanian diikuti, serta paling penting yakni memiliki PH 7.
Ditegaskan, lebih baiknya melakukan sosialisasi untuk merubah cara bertani dan sadar akan kondisi lahan walaupun sulit untuk dilihat barometernya. Hal ini jika dibandingkan gelontorkan POC yang kurang bersinambungan dan berkelanjutan.
“Ketika mengeluarkan anggaran sekian ( Rp 4,6 miliar, red) itukan bentuknya sesuatu (barang) untuk diaplikasikan dengan dalih pasti subur serta kelihatan barangnya, kalau kelihatan barangnya pasti bisa dilelang,” tambahnya.
Sedangkan jika dilakukan sosialisasi pembinaan pupuk cair, untuk mengembalikan BO tanah, anggapnya itu tidak bisa diukur. Sehingga lebih mudah jika memiliki fisik (pupuk cair) kalau pengajuan anggaran, daripada sosialisasi dan pembinaan.
“Padahal petani petani sudah cerdas, suruh bikin POC dibelajari pasti bisa. Biaya segitu mending sosialisasi dan aplikasi. Tinggal kasih pembinaan, dikasih uang untuk beli bahan dikasih tau begini loh caranya, pasti itu akan lebih berkelanjutan,” sarannya.Safwan menilai adanya sosialisasi dan pembinaan lebih penting dan tidak sekedar selesai serta tak berkelanjutan.
“Harusnya nggak beli terus putus gitu aja, ketika dilaporan petani sudah diberi 5 liter, kontraktor pulang, hasilnya sudah diberikan ke tanah. Dari situ BO tanah ada perubahan nggak? Kalau enggak?gimana?. Jadi lebih baiknya adalah sosialisasi,pembinaan, dan pengaplikasiannya,” pungkasnya.