GUDO, KabarJombang.com – Sekitar 4 hektar sawah di Desa Tanggungan, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, langganan tergenang air. Akibatnya, lahan produktif ini sama sekali tak menghasilkan. Kondisi ini, dialami petani hampir 10 tahun belakangan.
Diduga, air menggenangi sawah mereka, lantaran tanggul sungai yang digunakan sudetan menuju salah satu Pabrik Gula (PG) di Jombang, rusak. Sehingga tak mampu menampung air yang mengalir, meski bukan musim penghujan.
“Cerita orang-orang sini, air tersebut untuk pabrik gula. Air masuk dan merendam sawah milik beberapa petani. Hampir 10 tahun begini terus kondisinya. Nggak tahu, kok nggak dibenahi-benahi sejak dulu,” tutur Adib (21), warga setempat, Minggu (30/8/2020)
Dia mengatakan, genangan air terjadi tiap tahun, saat pabrik gula memasuki musim giling. Yakni antara bulan Juli hingga November bahkan Desember. Praktis, dalam durasi itu, tanaman sawah petani tidak bisa dipanen. Sehingga, petani bisa panen 2 kali dalam setahun.
“Biasanya kan 3 sampai 4 kali panen dalam setahun. Karena pengalaman sebelumnya, petani yang tanam di bulan-bulan itu mati, akhirnya mending nggak tanam,” ujar Adib.
Ia mengatakan, kondisi tersebut sempat dilihat oleh salah satu perangkat di desanya. Namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda dibenahi sumber permasalahannya.
“Pernah dulu salah satu perangkat ke sini lihat-lihat. Tapi sampai sekarang nggak ada apa-apa. Kasihan petani kalau kayak gini terus. Padahal sawah masih bisa ditanami,” tambahnya.
Hal tersebut, diamini Hadi (68). Di mana, setiap musim guling, bisa dipastikan kondisi sawah di lokasi ini, tergenang air. “Kalau nggak salah, sejak 2008 lalu. Itu yang sebelah sana sudah berkali-kali sulaman (tanam terus menerus), ya bolak-balik air masuk. Jadinya nggak bisa hidup. Yang sana jagung juga mati,” ungkapnya.
Baik Adib maupun Hadi berharap, pemerintah segera turun tangan mengatasi keluh kesah petani setempat. Agar petani bisa memanfaatkan sawah mereka. “Semoga saja, keluhan kami ini didengar sama pemerintah atau Dinas Pertanian,” pungkasnya.
Sayangnya, sampai berita ini diunggah, Pemerintah Desa (Pemdes) Tanggungan tidak bersedia ditemui saat hendak dikonfirmasi. Hanya saja, melalui isteri Kepala Desa (Kades) setempat mengatakan, jika kondisi tersebut sudah ada sejak Kades sebelumnya.