DIWEK, KabarJombang.com – Fenomena tanah berasap di Dusun Ngemplak, Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek, Jombang, semakin membuat warga penasaran, Senin (14/10/2019).
Sebab, selain mengepulkan asap dan mengeluarkan bau menyengat, suhu tanah unik yang ada di pekarangan milik Abdul Muis (32) ini, juga terasa begitu panas.
Warga yang dibuat bertanya-tanya, akhirnya mencoba memasak telur ayam dengan cara menimbun beberapa butir telur ke dalam tanah yang mengeluarkan asap tersebut.
Warga membuat lubang sedalam 30 centimeter di lokasi tanah yang aneh ini. Setelah itu, mereka memasukkan beberapa butir telur ayam mentah ke dalam kubangan kecil itu, lalu menimbunnya kembali.
Setelah kurang lebih tiga puluh menit, telur tersebut diambil kembali. Telur-telur tersebut ternyata sudah matang.
Warga mencoba mengupas telur ‘pendam’ yang masih terasa panas bak telur rebus yang baru saja matang itu. Hasilnya, telur-telur ini matang seperti baru saja direbus dengan air.
“Benar kami tadi coba rebus telur, kita coba beberapa butir telur ayam mentah, bisa matang sampai kuning-kuningnya,” ujar Muis, pemilik pekarangan berasap ini.
Kepala Dusun Ngemplak, Eko Hariyono mengatakan, sejauh ini pihaknya belum melaporkan kejadian aneh ini kepada instansi terkait.
Hanya saja, dia membenarkan ada kepulan asap keluar dari tanah di pekarangan milik warganya, Abdul Muis.
Selain berasap, tanah juga mengeluarkan bau menyengat dan terasa panas. Suhu panas ini, menurutnya, bisa dirasakan hingga sejauh satu meter dari titik awal asap yang mengepul.
“Baunya yang menyengat mirip tetes atau apa itu, kata warga bisa tercium hingga 50 meter lebih,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, warga Dusun Ngemplak, Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, dibuat gempar menyusul fenomena kepulan asap keluar dari tanah pekarangan warga setempat.
Kepulan asap disertai keluarnya bau menyengat ini terjadi pekarangan milik Abdul Muis (32), sejak Minggu (13/10/2019) malam.
Selain panas, tanah yang berasap itu juga terasa panas. Kejadian ini sontak membuat warga penasasan dan ingin melihat secara langsung fenomena langka ini.
Jurnalis: Muji Lestari
Editor: Sutono Abdillah
