PETERONGAN, KabarJombang.com – Limbah produksi tahu, tampaknya tak hanya mencemari sungai di Desa Sumbemulyo, Desa Ngumpul Kecamatan Jogoroto dan Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Pencemaran juga merambah pada air sumur warga di Desa Rejoso.
Alhasil, warga harus merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan air bersih, yakni dengan cara mengebor, dan mulai meninggalkan penggunaan air sumur. Menurut warga sekitar, kondisi ini bukan baru saja, namun sudah lama. Sekitar 5 tahunan.
“Seingat saya, sudah lima tahunan begini. Tetangga sebelah itu yang janda tua, kasihan. Tadinya dia pakai sumur untuk kebutuhan sehari-hari. Mulai ada limbah tahu dari Bapang Sumbermulyo, air sumurnya berbau busuk. Terus pindah pakai pompa untuk dapat air. Sumurnya nggak dipakai lagi,” tutur Kh, warga sekitar sungai yang tercemari limbah tahu pada KabarJombang.com, Selasa (17/11/2020).
Disinggung sungai yang sudah berbau menyengat, ia mengaku saban saat menghirupnya. Dan kondisi itu terjadi sudah bertahun-tahun. Saking sering dan lamanya, dia mengaku sudah terbiasa menghirup bau anyir limbah tahu.
“Sudah lama sekali begini, sepuluh tahunan mungkin ada. Awal-awal dulu ya terganggu sekali. Tapi saking lamanya, jadi terbiasa menghirup begini. Aslinya sih nggak sehat, tapi gimana lagi, lha saya tinggal di sini dari kecil. Kalau dulu, air sungai di sni jernih. Batu sungainya aja kelihatan, biasanya dibuat mandi santri. Tapi itu dulu,” jelasnya.
Sementara Mu, cucu dari Kh mengaku, sakit fertigo dan asam lambung. Dikatakannya, berdasarkan pemeriksaan dokter, penyebabnya terlalu sering mencium aroma anyir limbah pabrik tahu.
Mu, tinggal di sebuah rumah bersebelahan dengan Kh. Rumahnya itu, dekat sekali dengan sungai yang airnya sudah berubah warna.
“Saya sampai sakit fertigo dan asam lambung karena keseringan setiap hari menghirup aroma busuknya limbah pabrik tahu. Kata dokter memang ada hubungannya. Ya itu, karena saya sering menghirup aroma limbah tahu yang mencemari sungai,” terangnya.
Disinggung apakah tidak ada reaksi dari warga sekitar, Kh mengatakan jika warga sudah pernah protes, tapi bukan warga tetangganya. Melainkan warga Ngumpul. Hanya saja, hingga kini, tidak ada solusi.
“Kalau yang kayak saya begini, mana bisa mengeluh yang dirasa. Tapi kayaknya pernah orang-orang Ngembeh Ngumpul demo. Tapi ya sama aja sampai sekarang.”ungkapnya.
Ditanya apakah pernah mendapat kompensasi dari pihak pabrik tahu, terkait dampak pencemaran sungai dan lingkungan, Kh mengaku belum pernah mendapatkan apapun.
“Saya asli orang sini. Sejak ada limbah dan baunya kayak gini, tidak pernah ada bantuan atau apa lah dari pabrik tahu,” tutupnya.