JOGOROTO, KabarJombang.com – Sejarah cikal bakal Desa Ngumpul, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang. Hal ini tak bisa lepas dari kisah perjuangan seorang tokoh pembabat alas yang berhasil memberantas pagebluk (penyakit aneh).
Tokoh tersebut adalah Mbah Buyut Sodriyo, seorang murid yang diutus gurunya dari Madura untuk melakukan sebuah perjalanan. Petualangannya untuk mencari anak Sang Guru yang lama tak kembali. Bahkan tak ada kabar serta menuju ke daerah yang disebut Wonoayu sebelum nama tersebut menjadi Ngumpul.
“Awalnya dulu muncul dari ketokohan Mbah Buyut Sodriyo diutus gurunya berasal dari Madura untuk mencari anaknya dan juga kesini. Dulu namanya Wonoayu sebelumnya juga sowan ke Mbah Sayyid Ismail (Janti) yang masih teman gurunya.”tutur Abdul Wachid Asrori tokoh masyarakat Ngumpul pada KabarJombang.com Rabu (24/2/2021).
Menurutnya, di tengah perjalanan dalam menjalankan tugas pertamanya. Dia berada di salah satu wilayah di Sidoarjo yang saat itu mengalami keadaan yang diluar kendali dengan maraknya begal membuat chaos di masyarakat.
Namun tak disangka begal yang sangat ditakuti dan pembuat onar adalah anak dari gurunya yang telah gelap harta, sehingga berlaku demikian.
“Masuk ke wilayah di Sidoarjo saat itu keadaan rusuh dan tidak terkendali dengan adanya begal tapi gak disangka itu adalah anak dari guru tersebut.”jelasnya.
Lebih lanjut Abdul Wachid Asrori mengisahkan, bersama Mbah Sodriyo sengaja ingin membuat begal tersebut bertaubat. Akhirnya dari tasbih miliknya kalau yang lihat duniawi akan terlihat emas dan diminta.
“Dipakai namun menjadi penyakit yang tidak dapat disembuhkan siapapun kecuali Mbah Sodriyo. Disembuhkan dan akhirnya bertaubat itu ikut Mbah Sodriyo ke Wonoayu.”tambahnya.
Keadaan Wonoayu kala itu menurut Abdul Wachid sedang dilanda penyakit yang tidak biasa yang disebut pagebluk. Penyakit ini nampak dan tidak nampak, jika menampakkan diri akan berwujud menyerupai semut. Setiap penderita yang terjangkit penyakit itu maka umurnya tidak akan lama lagi.
“Siapapun yang kena penyakit itu pasti akan sampai meninggal dengan cepat. Seumpama pagi kena nanti malamnya pasti meninggal, mengerikan sekali.”katanya.
Mengetahui keadaan tersebut, Mbah Sodriyo lantas mengajak masyarakat untuk membabat alas atau membersihkan pohon-pohon liar serta sering mengajak masyarakakat untuk berkumpul berdoa kepada Tuhan agar diberikan kesembuhan dari wabah pagebluk tersebut.
“Akhirnya sama Mbah Sodriyo mengajak semua alas ini dibabati untuk dibersihkan dan sering sekali masyarakat diajak berkumpul untuk selalu bermunajat sama Allah meminta kesembuhan dari wabah Pagebluk.”ungkapnya.
Nampaknya dengan hal demikian membuat pagebluk hilang dari Wonoayu, dengan cara berkumpul dalam Bahasa Jawa “Ngumpul” inilah yang akhirnya menjadi identitas baru dari semula Wonoayu menjadi Desa Ngumpul.
“Nah dari sana Mbah Sodriyo berpesan kalau terjadi masalah harus diselesaikan bersama dengan cara Ngumpul, ayo Ngumpul berdoa dan musyawarah bersama cari solusi, dan makanya sampai sekarang namanya jadi Desa Ngumpul,”pungkasnya.