DIWEK, KabarJombang.com – KH Abu Bakar, salah satu santri ulama besar KH Hasyim Asy’ari, wafat pada, Kamis(12/8/2021) malam.
Santri KH Abu Bakar, Akhmad Zainuddin mengatakan santri Mbah Hasyim itu wafat diusia 86 tahun, sekitar pukul 17.00 WIB dan dibumikan pukul 20.00 WIB.
“Benar, guru saya (KH Abu Bakar) beliau sudah wafat. mohon doanya, sudah banyak ilmu dari beliau yang telah diberikan,” ungkapnya, Jumat (13/8/2021).
Warga dari Desa Kedawong, Kecamatan Diwek itu mengakui bahwa pernah nyantri ke KH Abu Bakar sekitar 10 tahun. Selama dirinya menyantri, sosok KH Abu Bakar sangat sederhana dan nyaman saat mengajar maupun mendidik santrinya. Sehingga telah banyak ilmu yang diserap dan masih diingat olehnya.
“Disamping belajar, pasti mengaji Alquran setiap selesai shalat maghrib. Selain itu beliau guru yang ngajari saya banyak ilmu, seperti ilmu alat dari Imrithi, Ibnu Aqil, ilmu hadits, tafsir dan fiqih,” kata Zainuddin.
Selain itu, santri mbah Hasyim itu dikatakannya juga sangat alim dan sederhana.
“Beliau sederhana, seperti contoh dari aktivitasnya setiap hari di samping tugasnya sebagai guru maupun pendidik. Dari pengajarannya, beliau seringkali mengajarkan bagaimana cara bekerja yang konkret. Ojo seneng gumantung podo makhluke (jangan suka bergantung sesama makhluknya). Itu kata-kata beliau yang sering saya ingat dan tiru,” katanya.
KH Abu Bakar merupakan ulama yang lahir di Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang pada tahun 1935.
Ia dikenal sebagai salah satu santri dari almarhum KH Hasyim Asy’ari selama 3 tahun.
Kendati hanya sebagai santri ‘kalong’ atau tidak menetap di pondok, sejak tahun 1944 untuk mendapatkan ilmu dari Mbah Hasyim, Mbah Abu Bakar itu harus berjalan kaki menempuh jarak yang tidak dekat. Dari kediamannya menuju ke Pondok Pesantren Tebuireng.
