Kue Keranjang Makanan Khas Imlek, Inilah Ceritanya

Kue Keranjang, adanya hanya saat perayaan Imlek. Istimewa).
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com- Kue keranjang merupakan kue yang khas dan hanya ada saat menjelang Imlek bagi umat Tionghoa.

Kue yang terbuat dari bahan dasar tepung ketan dan gula ini memiliki tekstur lengket. Biasanya digunakan untuk sembayang pada leluhur oleh masyarakat Tionghoa yang ada di Indonesia termasuk di Kabupaten Jombang.

Baca Juga

Kue keranjang yang terbuat dari tepung ketan dan memiliki sifat yang lengket memiliki arti persaudaraan yang sangat erat dan menyatu.

Sedangkan bentuk kue keranjang yang bulat dan tidak memiliki sudut memiliki makna kekeluargaan. Kemudian daya tahan kue yang lama ini juga memiliki arti hubungan yang abadi meski zaman akan terus berubah.

Tekstur kue keranjang memiliki arti sebuah kegigihan, keuletan daya juang. Pantang menyerah dalam meraih tujuan hidup. Rasanya yang manis dari gula dan terasa legit pun menggambarkan rasa suka cita, menikmati keberkatan, kegembiraan, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam hidup.

Kue keranjang atau yang memiliki nama mandarin Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut Ti Kwe. Nian berarti tahun dan gao berarti kue. Sehingga nama tersebut melambangkan bahwa kue keranjang diharapkan dapat membawa kesejahteraan yang semakin meningkat pada setiap tahun.

Sedangkan nama keranjang diberikan pada kue tersebut. Karena pada saat proses pembuatannya, kue keranjang dicetak pada wadah yang berbentuk keranjang.

“Saat Imlek yang menjadi identik dan tradisi kita dari dulu yaitu kue keranjang dan itu pasti ada ditiap-tiap rumah bagi yang merayakan,” ujar Ketua Klenteng Hong San Kiong Gudo, Toni Harsono kepada KabarJombang.com, Jumat (12/2/2021).

Toni menerangkan, dibalik kue keranjang juga menyimpan cerita dan sejarah tersendiri. Menurut mitos populer, pada zaman dahulu, di daratan Cina ada seekor raksasa yang menghuni gua di sebuah gunung bernama Nian. Saat merasa lapar, raksasa ini kerap keluar dari gunung untuk berburu hewan untuk dimakan.

“Dan pada saat musim dingin, karena hewan-hewan di gunung berhibernasi, Nian sering turun ke desa-desa untuk mencari korban dan dijadikan makanan. Sehingga membuat semua penduduk desa hidup dalam ketakutan,” terangnya.

Dan pada suatu hari ada seorang penduduk bernama Gao memiliki ide cerdik yaitu membuat sebuah kue dengan campuran tepung ketan dan gula, kemudian meletakkannya di depan pintu.

“Ini membuat Nian yang awalnya hendak mencari penduduk untuk di mangsa malah menyantap kue-kue tersebut hingga kenyang dan kemudian meninggalkan desa. Sejak saat itu, untuk mengenang jasa Gao, penduduk desa mulai membuat kue setiap musim dingin dan menamakan kue tersebut Nian Gao,” tuturnya.

Toni menambahkan, untuk proses pembuatan kue keranjang ini sama halnya seperti pembuatan dodol, dibutuhkan tenaga ekstra dan kesabaran untuk membuatnya. Karena pembuatan kue keranjang membutuhkan waktu yang lama yakni sekitar 10-20 hari.

Dari fermentasi tepung ketan hingga proses pengukusan waktu yang dibutuhkan sekitar 12 jam. Kemudian proses pendinginan hingga pengemasan yang dapat dibilang sangat menguras waktu dan tenaga.

“Karena itu kue keranjang juga mencerminkan kegigihan dan kerja keras menjalani hidup. Lamanya pembuatan kue tersebut diimbangi dengan masa kadaluwarsa kue keranjang yang dapat bertahan hingga berbulan-bulan,” katanya.

 

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait