JOMBANG, KabarJombang.com- Akibat adanya fenomena alam La Nina. Sebanyak lima belas wilayah kecamatan di Jombang, yang memiliki potensi terjadinya bencana banjir
Demikian itu disampaikan Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang, Gunadi kepada KabarJombang.com, Rabu (4/11/2020).
Dikatakan Gunadi, kelima belas wilayah kecamatan tersebut, diantaranya adalah Kecamatan Kudu, Ploso, Pelandaan, Kabuh, Tembelang, Megaluh, Kesamben, Sumobito, Peterongan, Jombang, Mojoagung, Mojowarno, Bareng, Perak, dan Bandarkedungmulyo.
“Wilayah-wilayah tersebut memang potensi tinggi banjir, yang kurang lebih bisa mencapai 1 meter hingga 1,5 meter ketinggian airnya jika intensitas curah hujan tinggi. Paling lama surutnya dua minggu,” kata Rabu (4/11/2020).
Memasuki fenomena alam La Nina ini, pihaknya mengantisipasi akan melakukan koordinasi dengan pihak Provinsi untuk memasang Disaster Warning System (DWS) atau alat pendeteksi banjir. Dan pihaknya mendapat info jika akan mendapatkan alat tersebut sebanyak satu unit.
“Rencana saya nanti akan saya letakkan di Bakalanrayung dan sudah saya koordinasikn dengan UPT Pengairan yang ada di PUPR. Tahun kemarin juga sudah kita pasang satu alat pendeteksi ketinggian air yang diletakkan di Mojowarno,” ungkapnya.
Penyebab potensi terjadinya banjir di15 wilayah tersebut dikarenakan ada penyumbatan pada saat masuknya air sungai dibawah sungai (sipon) tidak bisa lancar. Karena banyaknya sampah atau kotoran sehingga menjadi penyebab banjir.
“Untuk teknik pembersihannya itu tidak bisa dengan orang biasa. Karena memerlukan alat berat untuk mengeruk atau mengambil sampah. Ya, karena kedalamannya itu, dibawah sungai ada sungai dan sampah menumpuk disitu, saya pernah lihat sendiri itu waktu di sungai Bandarkedungmulyo,” ujarnya.
Untuk jenis banjir sendiri, lanjut Gunadi, ada tiga jenis yakni banjir genangan, banjir luapan, dan banjir bandang.
Dalam mengantisipasi bencana banjir tersebut pihaknya mengaku sudah melakukan koordinasi dan komunikasi dengan beberapa pihak seperti PUPR, DLH, Satlantas.
Selain itu, lanjut Gunadi, peran masyarakat juga harus aktif dalam membersihkan sampah demi mengatasi dan mengantisipasi terjadinya banjir.
“Kalau masyarakat ndak mau terjadinya banjir, ya, ayo kita bersihkan bersama-sama. Dan wajarlah terjadinya banjir itu, karena memang sudah menjadi langganan di beberapa daerah itu pasti ada banjir. Tetapi jika masyarakat bersama-sama dengan pemerintah, BPBD dan PUPR dalam menanggulangi sampah, agar tidak terjadi banjir,” tandasnya.
Terakhir, dikatakan Gunadi, bahwa sudah tiga tahun berjalan ini bencana banjir di Kabupaten Jombang mengalami penurunan dan berkurang, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Karena beberapa sungai sudah dilakukan normalisasikan oleh pihak PUPR.