Debit Air Sungai Brantas Naik, Perahu Tambang di Kesamben Jombang Tetap Beroperasi

Aktivitas penyebrangan tambang perahu di Kecamatan Kesamben, Jombang, Jumat (2/4/2021). KabarJombang.com/Anggraini Dwi/
Aktivitas penyebrangan tambang perahu di Kecamatan Kesamben, Jombang, Jumat (2/4/2021). KabarJombang.com/Anggraini Dwi/
  • Whatsapp

KESAMBEN, KabarJombang.com – Meski debit air sungai Brantas naik, perahu tambang atau jasa penyeberangan di Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang masih tetap beroperasi.

Pantauan KabarJombang.com, Jumat (2/4/2021) terdapat lima titik penyeberangan perahu tambang sungai Brantas di Kecamatan Kesamben, Jombang yang sebagian masih beroperasi. Meski debit air meningkat.

Baca Juga

Diantaranya, Desa Gumulan, Desa Jatiduwur (terdapat tiga titik), Desa Jombatan, Desa Kesamben (terdapat tiga titik), dan Desa Wuluh.

Perahu tambangan di Desa Gumulan dan Dusun Jatipandak, Desa Jatiduwur sementara ini tutup alias tidak beroperasi, karena kondisi debit air meningkat dan tidak memungkinkan untuk dilewati.

“Sementara ini tambang saya tutup, soalnya kan tadi malam hujan deras terus banjir sekitar jam pukul 21.00 WIB. Kendalanya ya faktor cuaca saja, jadinya pendapatan juga ikut berpengaruh besar,” kata salah satu pemilik perahu tambang, Tohadi (40) saat ditemui KabarJombang.com di tambang Gumulan, Jumat (2/4/2021).

Hal ini pun turut dirasakan oleh pemilik perahu penyeberangan sungai Brantas lain yang ada di daerah Dusun Jatipandak, Desa Jatiduwur, Noden (55) mengaku, terdampak akibat tingginya debit air Brantas, sehingga tidak ada pemasukkan yang diperolehnya.

“Kendalanya ya cuaca dan memang sudah biasa kayak gini. Tapi ya itu pemasukkan tidak ada. Kalau dipaksa nambang resiko, soalnya kan bawa penumpang,” ungkap laki-laki yang sudah menjalankan perahu tambangan sejak 13 tahun silam.

Sementara itu, titik penyeberangan yang masih buka dan aktif yakni wilayah Dusun Jatiduwur, Desa Jatiduwur. Kemudian Desa Jombatan dan Kesamben, karena arus yang dilewati tidak sederas yang ada di wilayah Gumulan dan Dusun Jatipandak.

“Tambang kita tetep buka karena demi perut, nanti kalau tidak nambang, tidak dapat penghasilan. Kalau disini kan arusnya tidak sederas yang ada disana (Gumulan dan Jatipandak). Terus kan kasihan sama orang-orang yang mau kerja, nyebrang dan pulang dari arah Tapen. Kita juga sudah siapkan pelampung sebagai antisipasi,” papar, Ahmad Busairi (51).

Begitupun tambang yang ada di wilayah Jombatan yang terpantau aktif dan membawa beberapa orang penumpang untuk menyebrang. Meski ada sebagian batas jalan yang biasanya dibuat parkir motor tertutup luberan air Brantas.

Tidak hanya itu, tiga titik tambang di Desa Kesamben juga masih beroperasi dan lancar. Nampak perahu yang ditumpangi juga antri dan penuh dengan penyebrang. Selain itu, tambang di Desa Kesamben ini berbeda dengan yang lain karena terdapat sleng sebagai pengendali perahu saat melaju.

“Karena disini kan ada sleng sebagai pengaman perahu, jadi meski debit air tinggi kita tetep buka. Sebenarnya tidak ada kendala, cuma kalau airnya tinggi itu kan penumpang jadi takut. Jadi, penumpang berkurang otomatis penghasilan juga berkurang,” kata penambang, Agung (36), saat ditemui di tambang Desa Kesamben.

Rata-rata para penambang tersebut beroperasi dan buka selama 24 jam baik saat kondisi debit air tinggi maupun normal. Dan total penyebarangan tambang perahu yang ada di Kecamatan Kesamben ini berjumlah sebanyak sembilan tambang.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait